Saya, ayah dan kakak-kakak saya kebetulan memiliki asma. Batalkah puasa kami, apabila kami menyemprotkan inhaler (alat terapi pernafasan) ke dalam mulut untuk mengobati sesak nafas ?
Farhan, Pamulang
____________________
Bismillahirrahmanirrahim
Penanya yang budiman, sebelum menjawab inti dari pertanyaan ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu ungkapan Ulama Ahli Fikih dalam madzhab Syafi’i, Imam Ahmad bin Husein al-Ashfihani rahimahullah dalam karya beliau yang dikenal dengan “Taqrib” atau Matan Abu Syuja’. Beliau mengatakan:
وَالَّذِي يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ: مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الجَوْفِ أَوِ الرَّأْسِ وَالحُقْنَةِ فِي أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ وَالقَيْءُ عَمْدًا وَالوَطْءُ عَمْدًا فِي الفَرْجِ وَالإِنْزَالُ عَنْ مُبَاشَرَةٍ وَالحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالجُنُوْنِ وَالإِغْمَاءِ كُلَّ اليَوْمِ وَالرِّدَّةِ
“Perkara yang membatalkan puasa ada 10: Pertama dan Kedua, sesuatu yang secara sengaja masuk sampai ke Jauf (perut/lambung), atau segala sesuatu yang masuk lewat kepala. Ketiga, al-Huqnah (memasukkan sesuatu lewat suntikan) ke salah satu dua jalur (qubul, kemaluan atau dubur, anus). Keempat, muntah dengan sengaja. Kelima, berhubungan intim (jima’) dengan sengaja dibagian kemaluan. Keenam, keluar air mani sebab bersentuhan kulit (onani, masturbasi, dlsb.). Ketujuh, haid. Kedelapan, nifas, Kesembilan, gila dan ayan sepanjang hari. Terakhir, keluar dari Islam (murtad).”
Terkait poin pertama dan kedua, dalam kitab Fathul Qarib al-Mujib karya Imam Muhammad bin Qasim al-Ghazi rahimahullah dijelaskan:
.. مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ) الْمُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرِ الْمُنْفَتِحِ كَالْوُصُوْلِ مِنْ مَأْمُوْنَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ). وَالْمُرَادُ إِمْسَاكُ الصَّائِمِ عَنْ وُصُوْلِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا.
“Sesuatu benda apapun yang secara sengaja masuk sampai ke Jauf, baik yang terbuka ataupun tertutup seperti benda yang masuk pada luka di kepala bagian dalam (ad-Dimagh, otak, rongga tengkorak). Intinya, seseorang yang berpuasa (wajib) mencegah masuknya sesuatu ke dalam lubang yang dinamakan jauf.”
Dalam kitab Kifayatul Akhyar karya Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Hisni rahimahullah beliau menjelaskan bahwa yang di maksud al-Jauf dalam matan Abu Syuja’ adalah perut, mengingat struktur kalimatnya berbentuk isim ma’rifat.
إِذا صَحَّ الصَّوْم بِشُرُوطِهِ وَأَرْكَانِهِ فَلِبُطْلَانِهِ أَسبَابٌ مِنْهَا إِدْخَالُ عَينٍ مِنَ الظَّاهِر إِلَى الْجَوْفِ وَأَرَادَ الشَّيْخ بِالجَوْفِ الْبَطْن وَلِهَذَا ذَكَرَهُ مُعَرَّفًا.
“Apabila ibadah puasa sesuai dengan syarat dan rukunnya, maka sebab-sebab yang membatalkannya diantaranya adalah memasukkan suatu benda dari luar menuju. al-Jauf. Dan maksud pengarang matan Abu Syuja’ dengan (kalimat) “al-Jauf” adalah perut, dari itu beliau menyebutnya dengan bentuk isim ma’rifat.”
Walhasil, sependek pemahaman kami, apapun yang masuk melalui lubang/rongga yang memiliki akses menuju perut seperti rongga mulut, telinga, hidup, qubul, dubur maupun lainnya secara sengaja, baik yang terbuka ataupun tertutup, baik yang masuk berupa makanan, cairan, atau jenis benda lainnya maka membatalkan puasa.
Adapun terkait penggunaan inhaler maka perlu diuji secara medis. Apakah masuknya zat benda tersebut secara otomatis sampai ke jauf (perut)? Jika iya, maka bisa membatalkan puasa. Namun, sebagaimana prinsip kehati-hatian dalam madzhab Syafi’i, sebaiknya penggunaannya bisa diatur sedemikian rupa. Terlebih proses penggunaan inhaler biasanya dilakukan secara sadar dan sengaja.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Ustadz Ali Syahbana, Lc., MA
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi