Bandung, Aktual.com – Dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum mereda, Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB Kertajati di Kabupaten Majalengka bisa dijadikan pilihan untuk diubah fungsi menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19.

“Daripada mubazir hanya untuk tempat swafoto atau rekreasi, mungkin ini bisa jadi pilihan (diubah menjadi RS rujukan Covid-19),” kata Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Daddy Rohanady, Rabu (21/7).

Penggunaan bandara Kertajati, kata dia, tinggal didukung dengan obat-obatan dan sejumlah alat-alat kesehatan untuk melakukan perawatan pasien yang terpapar Covid-19.

“Tinggal support obat-obatan, alat-alat kesehatan, dan tenaga kesehatan. Memang kedengarannya tak masuk akal, tapi ini dunia yang memungkinkan segala sesuatu bisa terjadi,” kata Daddy.

Menurut Wakil Fraksi Gerindra Jabar ini, gagasan menjadikan Bandara Kertajati sebagai RS rujukan Covid-19 juga bukan satu-satunya pilihan dan dirinya hanya mencoba menawarkan pilihan. Bila hal tersebut memungkinkan karena ada konsekuensi yang menyertainya, memang dibutuhkan kajian lebih dahulu.

“Bukankah selama ini Jabar seolah kehilangan arah tentang fungsi BIJB Kertajati? Sekarang ada kesempatan yang bisa dijadikan pilihan,” kata dia.

Dia mengatakan jika jumlah warga yang terpapar Covid-19 terus meningkat maka dibutuhkan banyak tempat untuk pasien dirawat kemudian jika rumah sakit sudah tak lagi bisa menampung maka dibutuhkan tempat yang lebih luas agar rakyat tak lagi bingung.

“Menurut saya, dalam situasi seperti sekarang ini, BIJB Kertajati bisa dijadikan pilihan,” ujar dia.

Terkait rencana dijadikan tempat maintenance, repair, dan overhaul pesawat TNI dan Polri juga masih butuh waktu untuk mempersiapkan segalanya.

Apalagi, pengalihan PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad dan memindahkan kedua perusahaan itu bukan hal sederhana dan sekali lagi, butuh waktu yang tidak sebentar.

Ia mengatakan saat ini ada persoalan besar bangsa di depan mata yakni meningkatnya kasus dan jumlah kematian akibat virus corona di Indonesia.

“Jika benar butuh tempat untuk mereka yang terpapar, saya kira, BIJB Kertajati bisa dimanfaatkan. Memang, andai hal itu disetujui semua pihak terkait, pasti cukup banyak pasien dari kabupaten seputar Kertajati bisa dilayani. Sebut misalnya, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, bahkan Kabupaten dan Kota Cirebon. Bahkan, mungkin untuk pasien se-Jawa Barat,” kata dia.

Menurut dia akses dari dan ke Bandara Kertajati relatif mudah dan bisa melalui Jalan Tol Cipali dan bisa pula lewat jalan arteri Kadipaten-Jatibarang. “Hal lainnya, jika perawatan dilakukan di sana, pasti jauh dari menularkan kepada masyarakat awam,” kata dia.

Jika melihat luasnya areal yang ada, kata dia, maka Bandara Kertajati tidak kalah luas dibanding banyak bandara lain yang ada di tanah air. Dengan luas eksisting 1.040 hektare (dari total rencana 1.800 hektare), Bandara Kertajati hanya dikalahkan Bandara Soekarno Hatta.

Oleh karena itu, kata Daddy, dengan lahan seluas itu, Bandara Kertajadi bisa disulap menjadi rumah sakit terluas di Indonesia.

“Luas lahan seperti itu memang jauh melebihi luas RSUP manapun kalau toh mau dikembangkan. Bahkan masih sangat leluasa jika di salah satu sudutnya dijadikan tempat pemakaman umum,” ujarnya.

Konsekuensinya, lanjut Daddy, jika usulan ini disetujui maka nantinya bukan tidak mungkin masyarakat tidak akan lagi mengenal BIJB Kertajati tetapi Rumah Sakit Jawa Barat atau RSJB atau Rumah Sakit Penyakit Menular atau RSPM atau Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kertajati.

“Yang lebih penting, tinggal kebijakan dan keikhlasan. Dan sudah siapkah kita untuk itu semua,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara