Jakarta, Aktual.com- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen Indonesia untuk membangun industri berbasis energi hijau (green energy) melalui investasi yang masuk.
“Indonesia harus mampu memberikan kontribusi terbesarnya kepada dunia terkait denganĀ green energy. Karena itu arah kebijakan negara di sektor apa saja yang menjadi prioritas sekarang adalah di sektor-sektor hilirisasi, di industri-industri yang berbasis pada energi hijau,” katanya dalam Indonesia Investment Webinar Series 2021-Singapura yang dipantau dari Jakarta, Rabu (29/9).
Bahlil menjelaskan alasan energi hijau kini menjadi salah satu fokus dalam arah kebijakan investasi. Menurut dia, hal itu lantaran Indonesia punya potensi besar mengembangkan energi hijau karena memiliki pasokan bahan baku untuk mendukung konsep ramah lingkungan itu.
Misalnya saja, untuk industri kendaraan listrik, Indonesia memiliki sekitar 25 persen cadangan nikel dunia. Nikel sendiri merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain kobalt, mangan dan lithium.
“Secara kebetulan Indonesia mempunyai cadangan nikel dunia sebesar 24-25 persen. Ini semuanya ada di Indonesia. Saya yakinkan ketika industri baterainya dibangun di Indonesia, maka keyakinan saya bahwa akan memberikan nilai tambah dan melahirkan biaya produksi yang sangat efisien,” katanya.
Alasan lainnya, lanjut Bahlil, karena Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan yang luar biasa besar. Ia menyebut ada potensi hingga 12 ribu MW dari PLTA di Kayang, Kalimantan Utara. Selain itu, ada pula potensi hingga 23 ribu MW dari PLTA di Memberamo, Papua.
Indonesia sendiri tengah membangun kawasan industri hijau di Kalimantan Utara serta kawasan industri dengan konsep bisnis atraktif di Batang, Jawa Tengah.
“Silakan teman-teman dunia usaha datang ke Indonesia membawa teknologi, membawa kapital (modal) dan sebagian pasar. Biarlah Pemerintah Indonesia yang akan mengurus perizinannya, insentif dan lahannya,” ajak Bahlil kepada para investor yang hadir dalam webinar, khususnya investor asal Singapura.
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra