Jakarta, Aktual.co — Mantan sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kofi Annan, tiba di Kuba dalam rangka mendorong para perunding dari pemerintah Kolombia serta gerilyawan sayap kiri FARC untuk menetapkan perjanjian perdamaian yang terhambat.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2001 itu dijadwalkan bertemu kedua delegasi setelah ia di Kolombia menyatakan bahwa, perjanjian perdamaian apapun harus memenuhi standar masyarakat internasional.
“Keadilan peralihan merupakan masalah yang menjadi kekhawatiran dan kontroversi di Kolombia,” kata Annan, dikutip dari AFP, Jumat (27/2). Ia mengacu pada pampasan bagi puluhan ribu korban serta pertanggungjawaban atas kejahatan.
“Namun, saya ingin tekankan bahwa keadilan harus selaras dengan konteks Kolombia dan, di saat yang sama, memenuhi standar minimum internasional. Tidak ada hal yang bisa cocok dengan semua pihak,” katanya menambahkan.
Sumber-sumber dari pihak kedua delegasi mengatakan bahwa utusan khusus Amerika Serikat yang baru untuk proses perdamaian Kolombia, Bernie Aronson, akan berangkat ke Kuba dalam beberapa hari mendatang, untuk berbicara secara terpisah dengan setiap pihak.
Kuba telah menjadi tuan rumah jalannya perundingan sejak November 2012.
“Dia bukan penjamin proses perdamaian, ia datang bukan untuk menjadi penengah. Ia datang untuk menindaklanjuti masalah-masalah. Ia tidak akan menjadi bagian di meja perundingan,” kata salah satu sumber.
Aronson tidak akan menghadiri sesi perundingan tertutup, tidak seperti diplomat-diplomat lainnya dari negara-negara yang disebut sebagai “penjamin” –yaitu Kuba dan Norwegia– atau “pendamping” –seperti Chile dan Venezuela.
Pertemuan Annan dengan delegasi pemerintah dan FARC akan dilangsungkan di Hotel Nacional de Cuba dan bukan di Convention Palace, tempat yang biasanya dipilih untuk perundingan.
Annan, yang pernah memimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa dari 1997 hingga 2006, diperkirakan akan berbicara kepada media pada Jumat menyangkut kunjungannya itu.
Konflik saudara Kolombia, yang merupakan konflik tertua di kawasan, telah menewaskan lebih dari 220.000 orang selama setengah abad terakhir ini dan membuat 5,5 juta lainnya terpaksa mengungsi.
Artikel ini ditulis oleh:

















