Jakarta, Aktual.co — Bank Mandiri terkesan mengabaikan utang Irak kepada Indonesia senilai sekitar USD 69 Juta. Padahal Irak pada prinsipnya sudah bersedia membayar utang, yang dibuat di masa pemerintahan Presiden Irak Saddam Hussein itu. Tetapi sampai hari ini, tak ada satu pun delegasi Bank Mandiri yang datang ke Irak untuk mengurusnya.
Demikian dikatakan sejumlah diplomat Indonesia kepada Redaktur Senior Aktual.co, Satrio Arismunandar, yang melaporkan langsung dari Baghdad, ibukota Irak, Rabu (25/2).
Sesudah Perang Teluk 1991, Irak dikenai sanksi militer dan ekonomi oleh Dewan Keamanan PBB. Irak waktu itu hanya boleh menjual minyaknya untuk ditukar dengan bahan makanan dan obat-obatan (oil for food). Indonesia pun sempat memasok kebutuhan itu ke Irak, tetapi karena terlanjur terjadi invasi militer AS 2003 yang menjatuhkan Saddam, urusan pembayaran utang itu tertunda.
Ada kewajiban senilai 60,7 juta dollar AS dari Bank Sentral Irak kepada Bank Mandiri, dalam bentuk 2 letter of credit, yang dibuka berdasarkan Resolusi PBB tahun 1991. Juga ada kewajiban senilai 8,8 juta dollar AS dari Bank Rafidan dan Bank Rasheed kepada Bank Mandiri dalam bentuk trading debt, yang dibuat sebelum 6 Agustus 1990.
Selain itu, ada kewajiban senilai 438,5 ribu dollar AS dari Bank Rasheed sebagai trading debt, yang dibuat sebelum 6 Agustus 1990. Ini adalah bagian dari program Mutual Trade antara Bank Rasheed dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Artikel ini ditulis oleh:

















