Jakarta, Aktual.com – Anggota DPR RI Zulfikar Arse Sadikin mengatakan terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuktikan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mampu diterima warga NU.
“Ini membuktikan bahwa alumni HMI mampu diterima oleh warga NU,” kata Zulfikar di Jakarta, Jumat (24/12) kemarin.
Sebagai alumni HMI Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), dirinya merasa bangga atas terpilihnya Gus Yahya. Beliau telah diberikan kepercayaan dan kehormatan untuk memimpin NU selama lima tahun mendatang.
Politisi Partai Golkar itu berharap Gus Yahya mampu membawa NU sebagai organisasi Muslim terbesar dengan terus menggaungkan Islam Indonesia yang lebih moderat, toleran, dan ta’awun atau suka menolong sesama tanpa membeda-bedakan latar belakang.
Ketua PB HMI periode 2004-2006 itu mengutip motto HMI untuk NU, yakni “NU tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana”.
Zulfikar meyakini Gus Yahya akan membuat NU bisa diterima di partai politik mana pun dan tidak harus menyatukan aspirasi politiknya di satu partai politik tertentu.
“Walaupun tidak dapat dipungkiri, warga NU menginisiasi lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),” ujarnya.
KH Yahya Cholil Staquf terpilih sebagai Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026 setelah unggul dari petahana KH Said Aqil Siroj dalam pemilihan Ketua Umum PBNU yang dilaksanakan pada Muktamar Ke-34 NU di Lampung.
Gus Yahya meraih 337 suara, sementara Kiai Said Aqil memperoleh suara 210 dari total 548 suara yang masuk, baik dari pengurus cabang, wilayah maupun luar negeri, sementara yang dinyatakan tidak sah satu suara.
Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah, 16 Februari 1966. Dia merupakan putra dari KH Muhammad Cholil Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin di Leteh, Rembang, Jawa Tengah.
Gus Yahya yang juga kader organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta merupakan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada periode 1999-2001.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
A. Hilmi