Peserta Suluk Ramadan bersama Khadim Zawiyah Arraudhah, KH. Muhammad Danial Nafis di Villa Zawiyah, Kaki Gunung Salak, Bogor

Jakarta, aktual.com – Ikhwan Thariqah Syadziliyah wa Qadiriyah bersama-sama melaksanakan Suluk pada 21-27 Ramadan dibimbing langsung oleh Khadim Zawiyah Arraudhah, Syekh M. Danial Nafis. Suluk tersebut dilaksanakan di Villa Zawiyah Arraudhah, Kaki Gunung Salak, Bogor.

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh peserta suluk yaitu melafazkan tahlil sebanyak 100.000 kali dalam satu kali duduk. Kalimat tahlil dengan lafal Laa ilaha illa Allah sendiri memiliki keutamaan yang sangat banyak bahkan kalimat tersebut merupakan kalimat yang paling baik.

Rasulullah Saw bersabda,

وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ

“Sebaik-baiknya sesuatu yang aku ucapkan dan para nabi sebelumku yaitu kalimat Laa ilaha Illahu wahdahu laa syarika lahu,”.

Syekh Nafis menyampaikan bahwa tujuan suluk dengan membaca tahlil sebanyak 100.000 kali akan menghidupkan hati serta merasakan kehadiran Allah Swt.

“Tujuan suluk tahlil 100.000 adalah untuk menghidupkan hati, sehingga akhirnya bisa merasakan kehadiran Allah Swt, Sifat-sifat-Nya dan Perbuatan-Nya,” ungkapnya.

Selain itu juga, kalimat tahlil merupakan kalimat thayyibah yang telah disinggung oleh Allah Swt dalam surat Ibrahim ayat 24.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (Qs. Ibrahim :24).

“Kalimat tahlil ibarat pohon yang rindang dan kuat akarnya, yang bisa untuk berteduh (membuat nyaman) orang di sekitarnya, begitu pun orang yang sudah merasuk kalimat tahlilnya ke badan, anggota tubuh dan aliran darahnya maka ia bisa menjadi tempat berteduh yang membuat orang di sekelilingnya,” ucap Syekh Nafis.

Oleh karena itu, Syekh Nafis memberikan pesan agar tidak sombong setelah menuntaskan tahlil 100.000 kali, akan tetapi lebih banyak bersyukur serta lebih istiqamah.

“Harusnya kamu menangis, bersujud dan bersyukur, bukan menjadi sombong ketika kamu sudah berhasil menuntaskan tahlil 100.000, Untuk itu rawat tahlil kita, dengan cara istiqomah membaca wirid asasi,” katanya.

(Abdussalam Arfan)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain