Jakarta, Aktual.com – SMC RS Telogorejo dan RS Husada menyelenggarakan seminar kesehatan dengan tema “Penanganan Epilepsi Kebal Obat dengan Pembedahan”.

Acara ini dibuat dalam rangka mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat bahwa pembedahan bisa menjadi pilihan tepat bagi penyandang epilepsi yang tetap kejang meski mengonsumsi obat.

Acara ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Prof. DR. dr. Zainal Muttaqin, Ph.D, Sp.BS (Spesialis Bedah Saraf SMC RS Telogorejo), dr. Tun Paksi Sareharto, M.Si.Med.,Sp.A(K) (Spesialis Anak Konsultan SMC RS Telogorejo), dan dr. Anastasia Maria Loho, Sp.N (Spesialis Saraf RS Husada).

Dalam pemaparannya, dr. Anastasia menjelaskan bahwa gejala epilepsi tidak selalu berupa gerakan tangan dan kaki (kelojotan) tetapi dapat berupa gangguan emosi, kognitif atau gejala lainnya.

“Pada pasien epilepsi, pemeriksaan penunjang EEG dan pencitraan kepala sangat diperlukan. Keberhasilan terapi epilepsi sangat bergantung pada ketepatan penentuan jenis epilepsi, dosis dan keteraturan minum obat,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa (9/5).

Sementara, Prof. Zainal menyampaikan tidak semua kejang pada kasus epilepsi efektif diatasi dengan obat epilepsi. Sehingga, dengan pembedahan, pasien diharapkan bebas kejang atau frekuensi kejang menurun.

“Pembedahan adalah salah satu alternatif pengobatan epilepsi yang tidak dapat disembuhkan dengan obat, mereka (yang kebal obat) adalah kandidat kuat untuk menjalani pembedahan,” ujarnya.

Prof. Zainal menyayangkan masih banyak masyarakat yang takut untuk melakukan tindakan tersebut, salah satunya karena minimnya informasi dari sumber yang terpercaya. Padahal, dia berkata pembedahan dilakukan jika risiko lebih rendah daripada manfaatnya.

Sebelum pembedahan, kata dia, pasien juga harus menjalani pemeriksaan menyeluruh dan mengetahui risiko pembedahan. “Pasien yang hendak melakukan konsultasi disarankan agar menyerahkan informasi secara lengkap, seperti: video saat kejang, hasil MRI, EEG, obat yang diminum, dan riwayat alergi atau obat,” ujarnya.

Adapun dr. Tun Paksi menuturkan epilepsi merupakan gangguan fungsi listrik otak tanpa provokasi. Serangan dapat berupa gangguan motorik, kesadaran, perilaku, emosi, atau sensoris.

Hindari faktor-faktor pemicu serangan kejang. Dengan pengelolaan yang tepat gejala kejang dapat diminimalkan bahkan disembuhkan.

Di sisi lain, dr. Erani selaku Direktur Utama RS Husada mengingatkan diagnosis epilepsi jangan sampai terhambat. Berbagai modalitas dapat dilakukan untuk mendiagnosis epilepsi,seperti radiologi dan EEG (Elektroensefalogram).

“Penanganan multidisiplin juga menjadi kunci keberhasilan terapi epilepsi. Oleh karena itu, jangan segan untuk konsultasi kepada dokter yang ahli di bidangnya,” ujarnya,

Diketahui, epilepsi merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan sering terjadi (kambuhan) kejang tanpa adanya pencetus. Keadaan seperti ini muncul karena adanya gangguan pada sistem saraf pusat sehingga menyebabkan kejang hingga kehilangan kesadaran.

Kejang yang berulang dapat menurunkan fungsi otak jika tidak segera ditangani. Bagi ODE (Orang Dengan Epilepsi) dewasa, kondisi kejang berulang juga dapat berpengaruh ke aspek sosial mereka. ODE yang kambuh didepan umum saat bekerja dapat merusak reputasi atau profesi.

Menyembuhkan serangan kejang lebih mudah dibandingkan mengembalikan rasa percaya diri, citra diri, kerusakan gangguan kecerdasan, dan daya pikir.

Lebih dari itu, kegiatan kolaborasi antara rumah sakit serumpun RS Husada dan SMC RS Telogorejo ini diharapkan dapat menjadi media untuk masyarakat mendapatkan informasi kesehatan terpercaya dari narasumber yang sudah expert di bidangnya.

RS Husada sendiri memiliki layanan unggulan yaitu stroke unit, EEG, jantung & ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy). Dengan fasilitas penunjang yang lengkap, diharapkan mampu menyediakan pelayanan terbaik bagi seluruh pasien termasuk pasien epilepsi.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu