Jakarta, Aktual.com — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf mengecam anggapan yang menggambarkan warga Nahdlatul Ulama (NU) sebagai “kebo” yang mudah diarahkan dalam konteks pemilihan umum.

Dalam konferensi pers yang diadakan di kantor pusat PBNU di Jakarta pada Sabtu (2/9), Gus Yahya, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa pandangan semacam itu sangat menghina dan tidak mencerminkan realitas warga NU yang terdidik dan cerdas.

Meskipun ia mengakui bahwa banyak calon presiden, wakil presiden, dan partai politik yang berupaya mendapatkan dukungan dari warga NU, Gus Yahya menekankan bahwa warga NU mampu berpikir mandiri dan membuat keputusan politik berdasarkan kebutuhannya sendiri.

“Sebuah survei terakhir dari Alfara mengungkapkan bahwa 59,2% responden mengidentifikasi diri sebagai warga NU. Ini adalah sebuah indikasi bahwa warga NU adalah kelompok yang cerdas dan terdidik,” tuturnya.

Gus Yahya juga dengan tegas menyatakan bahwa PBNU tidak terkait dengan salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden atau partai politik mana pun.

“Jika ada klaim bahwa kiai-kiai dari PBNU mendukung calon tertentu, itu adalah informasi yang tidak benar,” kata Gus Yahya.

“Diskusi tentang calon politik tidak pernah terjadi di dalam PBNU,” tegasnya.

Menurut Gus Yahya, keputusan politik adalah urusan pribadi yang berada di luar ranah kegiatan PBNU sebagai organisasi keagamaan.

“Setiap warga berhak membuat pilihan politiknya sendiri. Itu adalah hak yang harus dihormati dan di luar domain kami sebagai organisasi keagamaan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa dirinya beserta jajaran PBNU tidak ingin warga NU merasa harus terikat dengan pilihan politik tertentu.

“Kami menghargai keberagaman sikap dan pilihan politik di antara anggota kami. Kami tidak ingin warga NU ditarik ke berbagai arah berdasarkan preferensi politik. Semua orang bebas membuat pilihan sendiri,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan