Jakarta, Aktual.com- Direktur Rumah Sakit Indonesia di Palestina, Atef Al-Kahlout, dengan tegas meminta pemerintah Indonesia untuk berperan aktif dalam menekan Israel agar menghentikan serangan brutal yang terjadi di Jalur Gaza. Selain itu, ia juga mengajukan permintaan kepada Indonesia untuk memberikan tekanan kepada Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, dan PBB guna mencapai gencatan senjata yang mendesak bagi rakyat Palestina.
Menurut Atef Al-Kahlout, Rumah Sakit Indonesia di Palestina tidak luput dari serangan Israel, yang mengancam keselamatan pasien, pekerja medis, dan pengungsi yang mencari perlindungan di fasilitas tersebut. Serangan ini telah berlangsung sejak hari pertama dan menyebabkan kehilangan dua pekerja medis yang tak bersalah.
“Kami meminta kepada pemerintah Indonesia untuk menekan penjajah agar menghentikan serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia dan serangan di sekitar Rumah Sakit Indonesia,” ungkap Atef Al-Kahlout dalam keterangan resmi yang dirilis pada Minggu (05/11).
Lebih lanjut, Al-Kahlout menyampaikan keyakinannya bahwa pemerintah Indonesia memiliki kapasitas dan pengaruh untuk memaksa Israel menghentikan serangan tersebut. Rumah Sakit Indonesia di Gaza, sebagai satu-satunya harapan bagi warga yang berada di Gaza Utara, saat ini beroperasi di tengah ancaman serangan Israel. Namun, operasionalnya terancam oleh kekurangan pasokan medis dan bahan bakar yang mengancam keselamatan pasien.
Menurut laporan Al Jazeera, Rumah Sakit Indonesia menjadi satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi di Gaza Utara, terutama setelah Israel dua kali menyerang kamp pengungsi Jabalia. Dengan jumlah korban luka yang meningkat, rumah sakit ini bekerja di luar kapasitas maksimalnya, menghadapi kekurangan pasokan medis dan bahan bakar.
“Banyaknya jumlah korban luka memaksa rumah sakit ini bekerja 50 kali lipat melebihi kapasitasnya karena kekurangan pasokan medis dan bahan bakar,” demikian laporan jurnalis Al Jazeera di Gaza beberapa waktu lalu.
Kementerian Kesehatan di Gaza bahkan telah mengumumkan bahwa Rumah Sakit Indonesia terpaksa mematikan generator utama karena kekurangan bahan bakar parah. Keputusan tersebut memaksa rumah sakit hanya dapat mengandalkan generator kecil agar ICU dapat tetap beroperasi. Kondisi tersebut mengancam kelangsungan hidup rumah sakit, yang berfungsi sebagai penyelamat bagi banyak nyawa di Gaza.
“Kami tidak tahu sampai kapan rumah sakit ini bisa bertahan,” lapor Al Jazeera. “Sepanjang hari kami mendengar pengumuman penutupan total rumah sakit yang akan menjadi sebuah bencana. Ini akan mengubah rumah sakit menjadi kamar mayat yang besar,” lanjut pernyataan itu.
RS Indonesia di Gaza telah mengalami krisis bahan bakar parah selama sepekan terakhir, akibat blokade Israel yang menghalangi impor bahan bakar. Meskipun bangunan rumah sakit masih berdiri, sistem kesehatan di dalamnya menghadapi kolaps yang sangat nyata. Tanpa akses ke generator utama, rumah sakit terpaksa mengandalkan generator cadangan, yang menghentikan oksigen dan pendingin udara, meningkatkan risiko bagi pasien yang membutuhkan perawatan kritis.
Saat ini, Atef Al-Kahlout dan seluruh tim medis di Rumah Sakit Indonesia di Palestina mengharapkan dukungan kuat dari pemerintah Indonesia untuk memastikan kelangsungan operasional rumah sakit ini, yang merupakan penopang kesehatan bagi ribuan warga Palestina yang membutuhkan pertolongan medis.
Artikel ini ditulis oleh:
Ilyus Alfarizi