Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menghadirkan nuansa keceriaan dalam suasananya dengan tiga pantun yang dibacakan saat menerima dukungan dari Forum Alumni Angkatan Muda Muhammadiyah Bali di Denpasar, Sabtu (4/11). Dalam pantunnya, Hasto mengomentari beberapa isu politik terkini yang sedang berkembang di Tanah Air.
Pantun pertama mengungkapkan kekecewaan Hasto terkait penurunan baliho dan bendera PDIP di Bali serta kampanye untuk Ganjar-Mahfud yang dianggap merusak suasana:
“Pulau Bali Pulau Dewata, Masyarakatnya ramah terbuka pada siapa saja. Namun ada yang tega merusak suasana, Melepas baliho dan bendera sebagai cermin ketidakadilan nyata,”
Pantun kedua menyoroti nilai-nilai spiritual dan relijius di Bali serta menegaskan hukum karmapala:
“Bali bumi spiritual terkenal di dunia, Masyarakatnya relijius dengan kultur khas Indonesia. Di sini berlaku hukum karmapala, Bagi siapa pun yang cederai kasih Ibu Pertiwi demi perpanjangan kuasa,”
Sementara pada pantun ketiga, Hasto menyentuh isu manuver Prabowo yang berhasil menggaet Gibran Rakabuming sebagai cawapres, serta menekankan loyalitas terhadap pasangan Ganjar-Mahfud:
“Pak Prabowo punya jurus menggoda, Bujuk rayunya pindahkan dukungan satu keluarga. Di sini kita memantapkan jiwa raga, Dukung Ganjar-Mahfud MD dengan semangat menyala-nyala,”
Hasto menjelaskan bahwa tiga pantun ini mencerminkan suasana hati PDIP dan kader-kader di Bali, dan ia merasa perlu menyampaikan pandangan ini di Bali, tempat di mana ekspresi dan kejujuran dihargai.
Menanggapi pantun Hasto, Wakil Ketua Umum Gerindra, Habiburokhman, memberikan balasan pantun dengan nada yang santai dan mengapresiasi pendekatan politik yang elegan:
“Kami senang dengan pantun Pak Hasto, ini termasuk salah satu gaya politik yang elegan dan santai. Baiknya memang seperti ini, politik jangan dibawa tegang terus. Sersan kapten, serius santai tetap keren!”
Habiburokhman juga memberikan balasan pantun yang menyiratkan salam persahabatan dan mengingatkan bahwa meskipun berbeda pilihan politik, PDIP dan Gerindra tetap menjaga hubungan baik:
“Pergi ke Solo lewat darat, Ketemu Mas Gibran lagi makan tomat. Pak Hasto yang terhormat, Kami doakan senantiasa sehat.
Kembali ke Jakarta Naik Delman, Kudanya putih dari Matraman. Walau sekarang beda pilihan, PDIP tetaplah teman.
Om Prabowo memang mempesona, Kalau difitnah senyumin aja. Berbalas pantun hal yang biasa, Yang penting Pemilu riang gembira.”
Artikel ini ditulis oleh:
Ilyus Alfarizi