Jakarta, aktual.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, mengungkapkan keprihatinannya terkait dengan ledakan hebat yang terjadi pada tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) pada hari Minggu (24/12). Yang lebih disayangkan, ini bukanlah kali pertama kecelakaan kerja terjadi di smelter yang dimiliki oleh perusahaan China di Indonesia.
Mulyanto mendesak pemerintah untuk segera melakukan audit menyeluruh terhadap semua smelter tersebut dengan ketat. Minimalnya, audit harus dilaksanakan secara profesional, objektif, dan menyeluruh, terutama terkait dengan aspek keamanan dan keselamatan kerja.
Selain itu, Mulyanto memiliki kecurigaan bahwa suku cadangan yang digunakan dalam operasional smelter mungkin tidak memenuhi standar yang dibutuhkan, sehingga dapat berdampak negatif pada keamanan operasional smelter tersebut.
Mulyanto berpendapat bahwa pemerintah perlu memahami dengan pasti kualitas barang-barang yang telah digunakan untuk mendukung operasional smelter.
“Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan,” kata Mulyanto Mulyanto dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (27/12).
Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebagian besar peralatan yang digunakan di smelter-smelter yang dimiliki oleh perusahaan China diimpor langsung dari China. Bahkan, termasuk komponen terkecil seperti baut dan mur.
Mulyanto sangat prihatin dengan kejadian kecelakaan kerja yang kembali terjadi di smelter perusahaan China. Kali ini, insiden tersebut mengakibatkan setidaknya 35 orang menjadi korban, dengan 13 orang di antaranya meninggal dunia. Hal ini terjadi meskipun belum lama sejak terjadinya kecelakaan kerja di smelter PT. GNI yang menyebabkan 2 orang tewas.
“Kita perlu tahu apa penyebab dari ledakan smelter tersebut, apakah karena faktor lemahnya keandalan pabrik, murni faktor kelalaian manusia, atau ada sebab-sebab lain. Pemerintah bertanggung-jawab untuk mengusut tuntas kasus ini,” kata Mulyanto.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain