Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno, mengusulkan pemberian subsidi untuk energi baru dan terbarukan (EBT) guna mengurangi impor bahan bakar fosil.
“Daripada mensubsidi yang sekarang untuk energi fosil, lebih baik kita subsidi energi terbarukan dong. Karena kita bisa mengurangi dampak dari pada impor, defisit kita kan bisa dihemat,” kata Eddy dalam sesi diskusi di Jakarta, Selasa (30/1).
Eddy menyoroti tantangan proyek EBT, terutama tarif tinggi karena nilai investasi yang besar. Ia menekankan perlunya langkah-langkah yang menunjukkan dukungan penuh negara terhadap proyek-proyek EBT.
“Memang harus ada mekanisme di mana kita harus menunjukkan keberpihakan supaya proyek-proyek bisa jalan karena kendalanya selalu tarif kan, investasi awalnya besar,” ujar Eddy.
Dalam konteks pembiayaan transisi energi, Eddy mengusulkan skema pendanaan campuran (blended financing) melibatkan lembaga pembiayaan multilateral seperti World Bank, Asian Development Bank, dan International Finance Corporation. Dia juga menekankan perlunya keterlibatan lembaga pembiayaan yang fokus pada transisi energi.
“Ada lembaga-lembaga pembiayaan yang fokus pada pembayaran energi terbarukan dan itu banyak, termasuk filantropi. Saya kira blended financing itu yang harus kita giatkan,” tuturnya.
Selain itu, Eddy menyarankan agar negara menyusun peta pengembangan EBT Indonesia untuk ditawarkan kepada lembaga pembiayaan multilateral. Dengan demikian, lembaga pembiayaan multilateral dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pengembangan EBT di Indonesia.
“Mereka tidak akan punya waktu, tidak akan punya sumber daya untuk fokus pada satu proyek saja, terlalu mahal bagi mereka. Jadi harus dibuat peta pengembangan EBT di Indonesia, itu yang ditawarkan petanya itu,” tandas Eddy.
Artikel ini ditulis oleh:
Jalil