Jakarta, Aktual.co — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsuddin angkat bicara terkait pernyataan Pemerintah yang menilai Freeport lamban dalam menjalankan komitmennya untuk membangun smelter.

“Terkait isu hangat. Memang saya akui ada suatu perlambatan-perlambatan atau jalan di jalur lambat perusahaan ini dalam rangka tunjukkan komitmen ke regulator,” kata Maroef di kantornya, Jakarta, Kamis (22/1).

Ia mengatakan, dirinya telah melayangkan teguran tegas kepada staffnya. Pasalnya, ia menganggap lambannya langkah perusahaan untuk menjalankan komitmen tersebut tidak hanya berdampak pada urusan bisnis namun juga dampak sosial kepada masyarakat di Papua.

“Memang lambat maka saya marah ke staf. Kenapa enggak dipercepat. Kalau enggak jalan bagus, bagaimana dengan Papua sendiri,” jelas Maroef.

Ia menuturkan, di masa kepemimpinannya saat ini hal tersebut akan segera terurai. Selain itu, pihaknya juga mengapresiasi langkah pemerintah yang melayangkan ancaman untuk melarang ekspor konsentrat.

“Ini saya dorong. Saya positif apa yang dibilang Menteri ESDM bahwa mengingatkan Freeport Indonesia izin ekspor sudah mepet. Memang ada komitmen yang harus diselesaikan,” tandasnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku kecewa kepada PT Freeport Indonesia yang hingga saat ini belum juga menunjukkan keseriusan dalam membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau yang biasa disebut smelter.

“Progres smelter Freeport masih jauh, saya tidak gembira, saya kecewa karena tidak menunjukan kesungguhan,” ucapnya.

Sudirman menegaskan, jika sampai batas waktu tersebut Freeport belum menunjukan keseriusannya maka Pemerintah akan membekukan izin ekspor konsentrat.

“Kalau sampai 25 Januari tidak menunjukan progres signifikan maka izin ekspor konsetrat akan dibekukan,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka