Jakarta, Aktual.com – Polisi Swedia secara paksa memindahkan mahasiswa dari tenda kemah di Universitas Lund yang didirikan pada 16 Mei lalu sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan protes terhadap serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Lusinan mahasiswa, seperti dilaporkan Anadolu, Jumat, menolak untuk pergi ketika polisi berusaha membersihkan tenda-tenda, membawa serta menyeret paksa mahasiswa yang melakukan aksi pro-Palestina tersebut.
“Beberapa pengunjuk rasa hanya akan diizinkan masuk dan mengambil barang-barang mereka di bawah pengawalan polisi, setelah itu tenda akan disita,” kata Juru Bicara Polisi Thomas Johansson seperti dikutip oleh lembaga penyiaran publik SVT Nyheter.
Pengunjuk rasa pro-Palestina yang disebut bernama Aseel oleh SVT mengutarakan kekecewaannya terhadap polisi karena aparat tersebut membangunkan peserta dan berteriak.
“Rasanya tidak benar. Saya pikir kami memiliki dialog yang baik dengan polisi. Lalu mereka datang dan membangunkan kami pada tengah malam dan mengatakan kami punya waktu setengah jam (untuk pergi),” ucap Aseel yang telah tinggal di tenda kemah selama lebih dari dua minggu.
Seorang pria berusia 30-an diperiksa oleh paramedis setelah situasi memburuk. Ia menuturkan bahwa dia tidak melakukan kekerasan dan hanya berdiri memegang bendera Palestina.
Menanggapi itu, Juru Bicara Kepolisian Swedia Jansson menekankan bahwa sudah jelas sejak awal bahwa kemah aksi protes tersebut harus dikosongkan pada Jumat (31/5).
Sebelumnya, pada Rabu, beberapa orang ditangkap dan puluhan lainnya ditahan pada aksi protes pro-Palestina lainnya di luar Institut Teknologi Kerajaan KTH di Stockholm.
Protes marak terjadi saat aksi kemah di kampus mengguncang universitas-universitas Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir.
Protes kampus pro-Palestina telah terjadi di Amerika Serikat sejak 17 April, ketika mahasiswa Universitas Columbia di New York meluncurkan aksi kemah sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza dan menuntut agar kampus mereka divestasi dari Israel.
Lebih dari 2.000 orang telah ditangkap di kampus-kampus AS sejak April di tengah perdebatan yang sangat terpolarisasi mengenai hak untuk melakukan protes, batasan kebebasan berpendapat, dan tuduhan antisemitisme.
Demonstrasi juga terjadi di kampus-kampus di beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, Belanda dan Swiss, di tengah penolakan yang lebih luas terhadap serangan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 36.000 orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara ICJ memerintahkan Israel untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra

















