Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan langkah tegas pemerintah dalam menutup praktik tambang ilegal yang merugikan negara. Fokus awal penertiban dilakukan di Bangka Belitung, di mana hampir 80 persen hasil timah disebut diselundupkan ke luar negeri setiap tahun.

“Mulai 1 September kemarin saya perintahkan TNI, Polri, Bea Cukai bikin operasi besar-besaran di Bangka Belitung menutup yang selama ini hampir 80 persen hasil timah diselundupkan. Kita tutup tambang ilegal,” ujar Prabowo dalam pidatonya di Musyawarah Nasional VI PKS di Hotel The Sultan & Residence, Jakarta, Senin (29/9).

Menurutnya, langkah tersebut diperkirakan bisa menyelamatkan penerimaan negara sebesar Rp22 triliun hingga akhir 2025. Sementara pada 2026, jumlah yang bisa diselamatkan ditargetkan mencapai Rp45 triliun. “Dari dua pulau ini saja, kita perkirakan tahun depan bisa selamatkan Rp45 triliun,” tegasnya.

Prabowo juga mengungkapkan temuan limbah produksi timah yang memiliki nilai tinggi karena mengandung Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth. Ia menilai mineral strategis itu memberi peluang besar bagi perekonomian nasional.

Selain timah, Prabowo menyebut pemerintah akan melakukan operasi besar-besaran pada komoditas lain seperti nikel, batu bara, dan bauksit yang juga banyak dikuasai tambang ilegal. “Tambang ilegal harus ditertibkan. Ditutup atau diambil alih untuk negara,” katanya.

Ia menekankan pemberantasan tambang ilegal merupakan bagian dari amanat UUD 1945, yakni bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat. “Perintah pendiri bangsa kita jelas, hanya itu yang bisa menyelamatkan anak-anak dan cucu kita,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andry Haryanto