Jakarta, Aktual.com – Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, suara dari lingkungan sekolah turut memperkuat urgensi perlindungan remaja dari paparan rokok. Seorang guru bimbingan konseling dari SMPN 57 Jakarta Titin Sukaeroh menyampaikan peran guru sangat krusial dalam mencegah perilaku merokok di kalangan siswa.
Titin menyampaikan, masa remaja adalah fase coba-coba. Karenanya, dalam pembelajaran di kelas, guru mesti aktif menyampaikan materi tentang bahaya rokok secara kreatif dan menggugah kesadaran siswa.
Sosialisasi bahaya rokok, katanya, juga perlu dilakukan terhadap lingkungan sekitar sekolah, seperti keluarga dan masyarakat. Orang tua, ucapnya, juga harus peduli dengan bahaya merokok dengan tidak merokok di rumah.
“Ada anak yang bapaknya merokok, bahkan ibunya juga. Di masyarakat pun tidak ada teguran, tidak ada figur yang peduli. Juga warung-warung yang menjual rokok, jika yang membeli anak-anak atau remaja mestinya tidak mereka tidak membolehkannya,” ujarnya prihatin.
Ia berharap momentum Hari Kesehatan Nasional bisa menjadi pengingat bahwa perlindungan remaja dari rokok bukan hanya tugas sekolah, tapi juga tanggung jawab keluarga dan masyarakat.
“Harus ada kepedulian bersama mulai dari figur-figur orang tua atau orang-orang sesepuh masyarakat yang ikut andil dalam pencegahan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Lonjakan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadi sorotan tajam berbagai kalangan. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, jumlah perokok usia 10-17 tahun meningkat drastis dari 4,1 juta pada 2018 menjadi 5,9 juta jiwa. Angka ini setara dengan populasi satu negara, yakni Singapura.
Kenaikan ini sebagai dampak langsung dari lemahnya pengendalian terhadap industri tembakau, terutama rokok, yang semakin agresif menyasar generasi muda.
“Generasi muda adalah korban dari lemahnya kebijakan pengendalian tembakau,” ujar Nalsali Ginting dari Indonesia Youth Tactical Changes (IYTC), di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Melonjaknya angka perokok muda ini, katanya, menunjukkan rendahnya komitmen pemerintah dalam melindungi anak-anak dari paparan rokok.
Ia pun menyebut ada kontradiksi yang mencolok dalam kebijakan pemerintah. Di satu sisi, pemerintah gencar menggaungkan pemberdayaan pemuda sebagai pilar pembangunan. Namun, ruang bagi industri rokok untuk menjadikan anak-anak sebagai target pasar tetap terbuka lebar.
Laporan: Yassir Fuady
Artikel ini ditulis oleh:
Eroby Jawi Fahmi

















