Jakarta, aktual.com – Penanganan pasca bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, Senin (8/12/2025) tepat menginjak hari ke-14. Setelah dua pekan bencana, Pemerintah menyampaikan tetap fokus untuk melakukan evakuasi medis dan pemulihan trauma.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Mohammad Syafii menegaskan, penghentian operasi pencarian korban bencana sepenuhnya tergantung keputusan Presiden. Hingga keputusan itu dikeluarkan, pihakya tetap melakukan evakuasi medis.
“Operasi SAR akan dihentikan apabila operasi itu sudah dinyatakan tidak efektif lagi untuk dilaksanakan,” ujar Syafii di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, (8/12/2025).
Syafii menyampaikan, kondisi korban yang telah berada di lokasi bencana selama dua minggu menyebabkan perubahan struktur tubuh. Karena itu, identifikasi korban kini juga melibatkan tim Disaster Victim Identification (DVI) Mobius Polri.
“Prioritas pertama kami adalah evakuasi medis, kemudian pencarian terus kami laksanakan,” kata Syafii.
Tim SAR bekerja sama dengan kepolisian dan instansi terkait, memastikan proses evakuasi dan pencarian berjalan maksimal di tengah medan yang sulit.
Tim SAR dan instansi terkait terus memantau kondisi lapangan, memastikan proses evakuasi dan pencarian korban banjir dan longsor di Sumatra berjalan aman dan efektif, hingga operasi dinyatakan selesai.
Pemulihan Sekolah dan Trauma Anak Pasca Banjir-Longsor
Adapun Menteri Pendidikan Abdul Mu’ti menyampaikan, pihaknya fokus pada pemulihan pendidikan dan trauma. Per 7 Desember 2025, katanya tercatat sekitar 2.900 sekolah rusak terdampak bencana.
“Kami terus memperbarui data karena belum semua daerah bisa dicakup. Kepala dinas pun belum bisa datang ke seluruh sekolah,” kata Abdul Mu’ti di Kompleks Parlemen, Senin (8/12/2025).
Pendataan tidak hanya mencakup kerusakan fisik sekolah, tetapi juga guru dan murid yang terdampak serta rumah yang rusak. Beberapa sekolah yang rusak berat sementara dilakukan relokasi atau sistem belajar shift.
“Ada SD yang rusak total, kegiatan belajar dipindahkan ke madrasah setempat. Tenda darurat baru 25 unit di Sumatera Barat, jumlahnya akan disesuaikan juga nantinya di Aceh dan Sumatera Utara,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah menekankan trauma healing bagi anak-anak. “Ratusan tenaga psikososial dikerahkan bekerja sama dengan HIMSI dan organisasi sosial untuk memastikan anak-anak tetap belajar,” tambah Abdul Mu’ti.
Ia juga menyebut, sekolah dengan kerusakan ringan dan sedang akan direvitalisasi, sementara yang berat akan direlokasi, terutama jika berada di lokasi rawan bencana. Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) terus dikembangkan untuk memastikan keamanan fisik, lingkungan, dan sosial di sekolah.
“Kami akan meninjau langsung sekolah terdampak di Aceh dan Sumatera Utara, setelah sebelumnya mengunjungi Sumatera Barat, untuk melihat perkembangan pemulihan dan menentukan langkah berikutnya,” ucapnya
Sedangkan, Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan, pihaknya mendorong Pemerintah untuk memprioritaskan pemulihan korban bencana. Ia pun mengajak semua pihak untuk mengesampingkan persoalan politik.
“Sekarang kita sedang saat berduka karena musibah sedang melanda saudara-saudara kita. Jadi lebih baik kita sama-sama berdoa dulu kemudian menyelesaikan permasalahan bencana ini. Urusan politik masih jauh, kita bicarakan nanti saja setelah situasi dan kondisi Indonesia kembali normal,” ujar Puan.
Laporan: Taufik Akbar Harefa
Artikel ini ditulis oleh:
Eroby Jawi Fahmi

















