Jakarta, Aktual.co —Era perang dingin seperti berakhir, saat Jepang dan Amerika Serikat ‘mendadak’ berlomba ingin tingkatkan kerjasama dengan negara komunis, Kuba.
Serupa Amerika, Jepang terang-terangan menunjukkan ketertarikannya untuk membuka kerjasama dengan negara yang diembargo Amerika sejak 1962 itu.
Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida mengatakan Tokyo ingin membuka kerjasama besar dengan Havana untuk perubahan di Kuba.
Seperti yang disampaikan dalam televisi pemerintah, disebutkan dalam kunjungan pertama Kishida ke ke Kuba, Kishida bertemu dengan Presiden Raul Castro untuk membahas arah hubungan mereka.
Kishida mendukung upaya ‘rekonsiliasi’ Amerika-Kuba. Namun, ujar dia, Jepang juga ingin membuka hubungan sendiri dengan Havana ke tingkat baru.
Menyambangi negara itu dengan membawa rombongan 30 pimpinan usaha, Kishida menyatakan Tokyo ingin melancarkan rancangan baru kerja sama yang berukuran luas dan besar untuk mendukung perubahan, yang dilakukan Castro.
Dalam pertemuan dengan timpalannya dari Kuba, Bruno Rodriguez, Kishida mengistilahkan rancangan itu dengan istilah “bantuan keuangan tanpa penggantian.”
“Kedua, kami ingin menggalang hubungan ekonomi,” kata Kishida, seperti dilansir Minggu (3/5).
Sementara itu, Rodriguez menyatakan hubungan dengan Jepang diutamakan dan negara komunis itu ingin memperdalam hubungan dwipihak di semua bidang, termasuk perdagangan, permodalan, kerjasama ilmiah dan banyak segi.
Juru bicara Kishida, Ken Okaniwa, kepada wartawan pada Kamis menyatakan embargo Amerika Serikat terhadap Kuba, yang berlaku sejak 1962, adalah menyulitkan perusahaan Jepang melakukan usaha dengan pulau tersebut.
Perdagangan dwipihak mencapai 52 juta dolar Amerika Serikat (lebih dari 520 miliar rupiah), dengan ekspor Jepang ke Kuba mencatat dua pertiga dari perdagangan itu.
Kuba membeli mesin dari Jepang dan mengekspor tembakau, kopi serta ikan, kata Okaniwa.
Castro dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama membuat pengumuman mengejutkan pada Desember bahwa mereka akan berupaya memulihkan hubungan, yang berada di bawah tekanan berat selama lebih dari 50 tahun.
Pelanjutan hubungan diplomatik Kuba dengan Amerika Serikat akan menjadi jalan panjang dan sulit, kata Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Sentral Kuba, Ulises Guilarte de Nacimiento, pada Jumat.
Guilarte de Nacimiento berpidato dalam unjuk rasa memperingati Hari Buruh Sedunia di bundaran Revolusioner di Havana, Ibu Kota Kuba. Kegiatan tersebut dipimpin Presiden Kuba Raul Castro dan timpalannya dari Venezuela, Nicolas Maduro, sekutu utama politik dan ekonomi negara Karibia itu.
Artikel ini ditulis oleh:

















