Jakarta, Aktual.com – Dalam kitab Ad-Durar An-Naqiyyah, Syekh Abdullah Bin Muhammad Shiddiq Al Ghumar yang telah diterjemahkan menjelaskan bahwa Abu Al Faidh Al Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari, secara rutin mengimla atau mendiktekan hadist-hadist Nabi SAW kepada jamaah majlis hadistnya di Masjid al Kaikhaya dan di masjid Imam Husen ra di Kairo.

Cara pengajaran beliau yang mengandalkan hapalan/tanpa kitab sangat memukau para jamaah yang menghadiri pengajiannya karena memori beliau yang sangat kuat. Majelis hadist beliau tersebut digelar seusai shalat Jumat.

Beliau biasa mengimla atau mendiktekan hadist Nabi SAW disertai penyebutan sanad perawinya secara lengkap selama dua jam bahkan lebih. Penyampaian beliau yang mengandalkan hapalan tersebut mengalir dengan lancar tidak pernah gagap maupun tersendat sedikitpun.

Selain mengajarkan hadist, beliau juga memberikan pelajaran kepada para mahasiswa kitab Muqaddimah Ibnu Sholah tentang ilmu mustholah, kitab Nukhbah Al Fikr karya Al Hafidz Ibnu Hajar dan beberapa kitab lainnya.

Kecintaan Beliau mengeimlakan hadist dikembangkannya di Mesir setelah sebelumnya juga beliau memiliki majelis hadist di Tangier Maroko. Di majelis tersebut beliau mengimla atau mendiktekan kitab Jami’ At Turmudzi dan kitab Nail Al Author.

Akan tetapi karena berbagai kesibukan dan banyaknya kegiatan dalam mengurusi para murid di zawiyah serta sering melakukan pengembaraan ke luar kota (Tangier) membuatnya tidak bisa mengkhatamkan pengajaran dua kitab tersebut.

Pada tahun 1354 H ayahanda beliau (Syekh Muhammad Bin Shiddiq) wafat, beliau yang sedang aktif mengisi majlis hadist di Mesir pun akhirnya bergegas kembali pulang ke Tangier Maroko, untuk meneruskan perjuangan ayahnya dan berperan sebagai khalifahnya dalam mengurusi zawiyah shiddiqiyah.

Disamping itu beliau juga tetap aktif dalam menulis berbagai karangan kitab dan dianugerahi oleh Allah SWT daya ingat yang kuat serta gaya menulis yang cepat.

Karya tulisan beliau sangat banyak sekali dari mulai yang tebal maupun yang tipis, baik yang sudah disempurnakan penulisannya maupun yang belum sempat terselesaikan, jumlah keseluruhannya tidak kurang dari 120 kitab karangan.

Bersambung…

Laporan: Deden Sajidin

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid