Yangon, Aktual.com – Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi menolak undangan bertemu dengan Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson di Washington pekan ini bersama para menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara. Suu Kyi tidak akan hadir dengan alasan ada komitmen lain, menurut sejumlah pejabat Myanmar, Selasa (2/5).

Penerima hadiah Nobel, yang saat ini menjabat sebagai menteri luar negeri Myanmar sekaligus pemimpin ‘de facto’ pemerintahan sipil negara itu, akan mengirim seorang pejabat tinggi untuk mewakilinya, kata Zaw Htay, Direktur Jenderal pada kantor Suu Kyi.

Pertemuan Washington dilakukan di tengah isyarat bahwa negara-negara anggota Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), yang termasuk Myanmar, secara diplomatik condong ke arah China pada saat kebijakan pemerintahan Trump di kawasan itu masih belum jelas.

Para menteri luar negeri ASEAN akan bertemu dengan Tillerson pada Kamis untuk membicarakan antara lain masalah perdagangan, klaim kewilayahan di Laut China Selatan serta kejahatan.

ASEAN, pada pertemuan puncak yang selesai akhir pekan ini, enggan menyoroti sengketa maritim antara negara-negaranya dan China sementara Presiden Filipina Rodrigo Duterte berupaya menjalin hubungan lebih erat dengan Beijing.

Presiden Myanmar Htin Kyaw bulan lalu mengunjungi China selama enam akhir. Selama kunjungan tersebut, ia menandatangani perjanjian pemompaan minyak melalui saluran pipa dari Myanmar menuju China barat daya. Suu Kyi juga dijadwalkan berkunjung ke Beijing untuk menghadiri pertemuan puncak soal prakarsa Presiden Xi Jinping berupa program infrastruktur pada pertengahan Mei.

Suu Kyi dilarang menjabat sebagai presiden berdasarkan undang-undang dasar yang dirancang militer Myanmar namun ia memimpin pemerintahan melalui jabatan yang khusus diberikan padanya sebagai ‘penasihat negara’.

“Penasihat negara tidak akan berangkat ke AS karena beliau ada pertemuan dengan Uni Eropa pada hari itu,” tutur Zaw Htay. Suu Kyi pada Senin tiba di Brussel untuk kunjungan tak resmi di Eropa. Selain Brussel, ia juga akan berkunjung ke Inggris dan Italia.

Para diplomat di Yangon mengatakan kebijakan Presiden Donald Trump menyangkut Myanmar, yang dianggap sebagai cerita sukses ‘poros’ Presiden Barack Obama di Asia, masih jauh dari kepastian. (ant)

Artikel ini ditulis oleh: