Jakarta, Aktual.com – Dalam The 2023 United Nations Climate Change Conference atau COP28, Forum Negara -negara Kepulauan dan Negara Pulau (AIS) Forum menyoroti esensialnya isu perubahan iklim bagi negara kepulauan.

Jodi Mahardi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menyampaikan bahwa perubahan iklim menjadi tantangan bersama bagi negara-negara pulau.

Indonesia menginisiasi AIS Forum untuk menghadapi tantangan ini secara kolektif.

“Indonesia mengajak negara-negara pulau dan kepulauan untuk secara bersama mengambil langkah konkret dalam penyelesaiannya,” ujar Jodi Mahardi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (18/12).

AIS Forum telah mengadopsi AIS Leader’s Declaration pada Konferensi Tingkat Tinggi AIS Forum, menggarisbawahi pentingnya kesadaran, kolaborasi, dan intervensi global sebagai hak negara-negara kepulauan.

Tantangan perubahan iklim, khususnya kenaikan permukaan air laut, menjadi fokus utama dialog tingkat tinggi AIS Forum.

Amena Yauvoli, Duta Besar Republik Fiji untuk Indonesia, menekankan bahwa negara-negara AIS, seperti Fiji, menjadi yang pertama kali terdampak oleh kenaikan muka air laut.

“Tantangan ini telah kami alami di Fiji dan juga negara-negara pasifik lainnya. Telah ada masyarakat pesisir yang kami (Fiji) relokasi karena wilayah mereka terdampak kenaikan muka air laut,” katanya.

Menteri Bidang Agrikultur, Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Republik Seychelles menambahkan bahwa masyarakat pesisir telah meningkatkan kesadaran terhadap ancaman perubahan iklim dan bekerja keras untuk mitigasi, khususnya dalam merawat ekosistem lautan.

Dalam diskusi “Rising Tides, Sinking Island: AIS Forum’s Call to Action on Climate Loss and Damage,” AIS Forum menegaskan langkah-langkah strategis untuk menghadapi isu kenaikan muka air laut di negara-negara pulau dan kepulauan sebagai bagian dari resolusi akhir dari COP 28 di Dubai.

Artikel ini ditulis oleh:

Firgi Erliansyah
Jalil