Jakarta, Aktual.com – Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve akhirnya menaikan suku bunganya, Fed fund rate (FFR) sebesar 25 basis poin, dari 0,25-0,50 persen ke 0,50-0,75 persen. Kondisi yang ditakutkan banyak pihak ini, diperkirakan akan berdampak ke keluarnya dana-dana asing (capital outflow) dalam junlah besar.
Menurut analis senior dari Bina Artha Securities, Reza Priyambada, kebijakan ini pasti akan berdampak ke pasar keuangan Indonesia, kendati hanya sesaat. Terutama akan terjadinya laju capital outflow.
“Akhirnya, mau juga Janet Yellen (Gubernur The Fed) naikin FFR-nya setelah market di-php-in (bohongi) berbulan-bulan sebelumnya. Tinggal tunggu reaksi BI (Bank Indonesia) selanjutnya,” tandas Reza di Jakarta, Kamis (15/12).
Dia berharap, BI sendiri tetap mempertahankan suku bunyanya di level saat ini, 4,75 persen. Seperti diketahui, bank sentral Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuannya, BI 7 Day Reverse Repo rate siang ini.
“Saya harap, BI akan menahan suku bunganya. Karena kalau bicara dampak, jelas akan terjadi pelemahan dalam sesaat, soalnya mereka akan merespon kenaikan tersebut,” ujarnya.
Namun demikian, outflow yang paling besar, kata dia, bukan keluarnya dana dari dalam ke luar negeri. “Capital outflow ke AS tetap ada. Tapi yang besar adalah outflow berupa aset yang cuma pindahkan ke aset keuangan lain, untuk amankan posisi,” jelas dia.
Kenaikan FFR ini, kata Reza, disambut negatif oleh bursa-bursa global. Bursa Asia dan Eropa langsung melemah. Bahkan di AS sana, kondisi pasar sahamnya juga berbalik melemah.
Indeks DJIA turun 118,68 poin atau 0,6% menjadi 19.792,53. Indeks S&P 500 turun 14,62 poin atau 0,81% menjadi 2.253,28. Sektor energi menjadi sektor dengan penurunan terendah di antara seluruh sektor yang ada. Adapun indeks Nasdaq composite turun 0,5% menjadi 5.436,67.
The Federal Open Market Committee (FOMC) menaikkan kisaran target suku bunga acuannya dari sebelumnya 0,25% – 0,5% menjadi 0,5% – 0,75%. Suku bunga acuan saat ini berada di level 0,41%.
Komite ini juga menyetujui kenaikan suku bunga kredit primer dari 1% menjadi 1,25%.
FOMC juga mengindikasikan kenaikan suku bunga ke depannya. Bank sentral AS tersebut saat ini memprediksi adanya tiga kali kenaikan suku bunga acuan pada 2017, dua atau tiga di 2018, dan tiga kali di 2019.
“Pelaku pasar memanfaatkan momentum tersebut untuk lepas posisi dan berimbas pada melemahnya laju bursa saham AS,” ujar Reza.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka