DPR tolak rencana IPO saham Freeport. (ilustrasi/aktual.com)
DPR tolak rencana IPO saham Freeport. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Analis senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada melihat sikap ngotot PT Freeport Indonesia yang tak mau mengikuti aturan di dalam negeri dengan perubahan status dari Kontrak Karya (KK) ke Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) telah berdampak ke penurunan nilai sahamnya Freeport McMoRan Inc di bursa saham AS.

Apalagi kemudian, Freeport sendiri malah akan membawa polemik ini ke Badan Arbitrase Internasional. Tentu kondisi itu diprediksi bakal terus menggerus laju saham berkode FCX:US itu.

“Makanya kami lihat sikap Freeport ini aneh. Padahal pemerintah sendiri masih mau untuk membuka pintu perundingan atau negosiasi guna mencari titik temu permasalahan perubahan status KK menjadi IUPK itu. Dengan sikap seperti itu akan merugikan pemegang sahamnya,” ujar dia, di Jakarta, Selasa (21/2).

Pemerintah sendiri, kata dia, mengajukan dua opsi dimana melakukan perubahan atau konversi dengan melepas status KK dan menggantinya menjadi IUPK maupun harus tunduk pada kewajiban perpajakan prevailing (berubah-ubah) dan divestasi 51 persen secara bertahap. Akan tetapi, Freeport tidak menginginkan keduanya.

“Padahal akibat kisruh itu memengaruhi pergerakan harga sahamnya. Jika kita lihat harga saham Freeport dengan kode FCX:US ini memang mengalami tren penurunan sejak awal tahun,” kata Reza.

Dia menegaskan, saat itu (24/1), harga saham Freeport mencapai nilai tertingginya di US$17,02 per lembar sahan, lalu mengalami penurunan karena profit taking sebagai imbas pelemahan harga komoditas akibat penguatan USD setelah Presiden Trump terpilih.

Kemudian di bulan Februari, secara bertahap mulai kembali mengalami kenaikan hingga menyentuh level tertingginya di US$16,84 pada 1 Februari 2017. Akan tetapi, tidak lama kemudian kembali bergerak turun.

“Pelemahan kian berlanjut dengan adanya benang kusut dan perseteruan ini dimana harga saham FCX:US setelah berada di US$15,96 (13/2) terus turun hingga di bawah US$15 pada akhir pekan lalu (17/2) atau level terendahnya dalam 1 bulan terakhir,” papar Reza.

Bandingkan dengan saham-saham sejenisnya yang meskipun melemah, namun tidak sedalam seperti yang dialami FCX:US. Kata dia, jika dibandingkan pergerakannya selama satu bulan terakhir. FCX:US (-10,45%); BHP:US (-2,45%); CMP:US (-6,76%); MTRN:US (-8,78%; dan lainnya.

Sikap pembangkangan Freeport ini, menurutnya, cukup serius. Apalagi kemudian induk usaha PT Freeport Indonesia yaitu Freeport McMoran Inc. yang menyatakan force majeure, sehingga kegiatan pertambangan tak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya pada Jumat 17 Februari 2017.

Kondisi tersebut membuat Freeport McMoran belum dapat memenuhi kewajiban kontrak atau mengirimkan konsentrat tembaga dari tambang Grasberg, Indonesia kepada mitranya. Bisa jadi, permasalahan itu akan kian menggerus nilai saham Freeport.

“Jadi, usai pemerintah melarang ekspor konsentrat tembaga pada 12 Januari lalu, produksi tambang raksasa Freeport Indonesia terhenti. Kebijakan ini bagus karena bagian dari upaya meningkatkan pembangunan smelter di Indonesia,” pungkas Reza.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan