Artinya, kata Totok, negara saat ini sangat demokratis untuk menyampaikan pendapat. Segala permasalahan bisa disampaikan melalui dialog agar menemukan mufakat. Jadi, menurutnya alangkah lebih bijak jika mahasiswa menempuh jalan diplomasi dibanding aksi demo.
“Ya harapan saya masalah demo ini bisa dirembuk, bagaimana mahasiswa dan rakyat sinergi untuk Yogyakarta masa depan. Nantinya juga anak cucu ikut menikmati,” imbuhnya.
Totok berharap perkembangan pembangunan kota ini sejalan dengan budayanya dan tidak menjadi kesenjangan bagi masyarakat. Pemeran Rama dalam Sendratari Ramayana Balet di Candi Prambanan ini melihat begitu pentingnya bandara baru di Yogyakarta.
“Pandangan saya kunjungan wisata di Yogyakarta ini sangat luar biasa dan saatnya Yogya siap menjadi “cetre of java di dunia pariwisata dan pendidikan yang sangat berbeda dengan kota yang lain,” pungkasnya.
Terpisah Sosiolog Fisipol UGM Arie Sudjito menilai Aksi bentrok penolakan pembangunan bandara NYIA hingga kekerasan yang terjadi dinilai bukan zamannya lagi dan malah akan menciptakan konflik baru.
“Respon mahasiswa terhadap isu di sekelilingnya sudah sejak dulu, sesuai idealisme mereka, tapi sekarang caranya bukan dengan kekerasan tapi dialog,” ujar Arie ketika dikonfirmasi.
Mahasiswa yang mengadvokasi warga diminta menempuh jalan dialog dengan Bupati, Gubernur maupun pihak Angkasa Pura (AP) I yang akan membangun New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby