Jakarta, Aktual.com – Syekh Ibnu Athaillah Assakandary berkata:

كَيْفَ يُشْرِقُ قَلْبٌ صُوَرُ الأَكْوَانِ مُنْطَبِعَةٌ فِى مِرْآتِهِ

Artinya: “Bagaimana hati bias bersinar, sementara gambaran-gambaran duniawi/material masih mengotori cermin hati tersebut.”

Ibnu Athaillah menganalogikan hati dengan sebuah cermin. Ia dapat memantulkan cahaya yang utuh dan sempurna jika permukaan cermin tersebut bersih dari kotoran-kotoran yang menghalanginya.

Ibnu Athaillah menggambarkan kotoran tersebut layaknya wujud material (al-Akwan) yang kerap bersarang di hati seorang salik.

Secara etimologi, dalam bahasa arab hati dalam arti biologis disebut dengan ‘kibdah’, sedangkan kata ‘qalbun’ lebih mengarah kepada hati yang menjadi tempat bernaungnya bisikan-bisikan halus ketuhanan. Kata “qalbun’ seakar dengan kata ‘qallaba-yuqalibu’ yang artinya tidak tetap atau berubah-ubah.
Rasulullah SAW bersabda:

”أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ“

“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, yang jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuhnya, dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh anggota tubuhnya, ia adalah ‘qalbun’ (hati).” (HR.Muttafaq alaihi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid