Jakarta, Aktual.com – Syekh Ibnu Athaillah Assakandary berkata:
أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مًكَبَّلٌ بِشَهَوَاتِهِ
Artinya: “Atau bagaimana hati tersebut dapat melakukan perjalanan menuju Allah Swt., sementara ia terbelenggu dengan keinginan-keinginan syahwatnya sendiri.”
Hikmah ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul ‘Hijab Hati 1’tentang bagaimana kondisi hati yang terkotori oleh debu-debu material/ duniawi (al-Akwan).
Hati yang terhijab dengan al-Akwan yang tidak abadi tersebut akan sulit mendapatkan cahaya ketuhanan dan pelan-pelan mengalami karatan dan kegelapan.
Dalam bait kedua pasal 13 dalam kitab al-Hikam ini, Ibnu Athaillah kemudian melanjutkan renungannya dengan menunjukkan aspek lain yang dapat menghalangi manusia menuju Tuhannya, yaitu keterbelengguannya dengan syahwat atau keinginan duniawi yang menjadikannya tidak fokus ke tujuan utama, yaitu Tuhan.
Dalam melakukan rihlah (perjalanan) menuju Tuhan, seorang salik hendaknya mengosongkan muatan hatinya dengan keinginan-keingian yang menjadi beban perjalanannya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid