Jakarta, Aktual.com – Syekh Ibnu Athaillah Assakandary berkata:

مَا أَرَادَتْ هِمَّةُ سَالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَ مَا كُشِفَ لَهَا – إِلَّا وَنَادَتْهُ هَوَاِتفُ الحَقِيْقَةِ : الَّذِي تُطْلَبُ أَمَامَكَ ، وَلَاتَبَرَّجَتْ لَهُ ظَوَاهِرُ الْمُكَوَّنَاتِ – إِلَّا وَنَادَتْهُ حَقَائِقُهَا “إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ”

Artinya: “Tidaklah semangat seorang pengembara spiritual terhenti sebab dia merasa telah sukses, kecuali suara kebenaran berseru padanya: apa yang kau cari masih di depanmu. Dan tiadalah keindahan dunia tampak padanya, kecuali suara hakikatnya berkata: kami hanya fitnah, maka jangan kau tertipu”

Dalam hikmah ini, Syekh Ibnu Athaillah sedang mengingatkan kepada seorang salik (pengembara spiritual) yang merasa telah dekat dengan Allah Swt. untuk tidak merasa jumawa akan apa yang telah ia capai.

Apa yang didapatkan seorang salik, dari karomah dan keistimewaan-keistimewaan lainnya, hakikatnya adalah ujian yang diberikan kepadanya. Seorang salik –setelah mendapatkan karunia tersebut- hendaklah terus istikomah pada proses beribadah kepada Allah Swt sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan oleh syariat.

Selama seorang salik masih hidup, selama itu pula tujuannya masih terus berada di depannya, sampai ia berjumpa dengan Allah Swt. Sesungguhnya orang yang merasa sudah hebat, hakikatnya belum hebat.

Maka dari itu Syekh Ibnu Athaillah Assakandary mengingatkan: “Apa yang kau cari masih di depanmu. Kejar terus. Jangan berhenti. Kau belum sukses.”

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid