Jakarta, Aktual.com – Syekh Ibnu Athaillah Assakandary berkata:

لاَ يـُشَـكِّكَــنَّكَ فيِ الْـوَعْدِ عَدَمُ وُقُــوْعِ الْـمَـوْعُـوْدِ وَ إِنْ تَـعَـيَّنِ زَمَنُهُ ؛ لِئَـلاَّ يـَكُوْنَ ذَ لِكَ قَدْحًـا فيِ بَـصِيْرَ تِـكَ ، وَ إِخْمَـادً ا لِـنُورِ سَرِ يـْرَ تِـكَ

Artinya: “ Janganlah janji Allah SWT yang tak terwujud, menjadikanmu meragukan janji-Nya, walaupun –katakanlah- bahwa janji tersebut telah jatuh waktunya. Agar yang demikian itu tidak menyebabkan bashirah-mu buram dan cahaya dari rahasia-mu padam!”

Hikmah ini adalah kelanjutan dari hikmah sebelumnya tentang sikap sabar seorang hamba dalam menunggu kehendak Allah SWT. Manakala Tuhan telah menjanjikan sesuatu, entah dalam kitab suci atau yang lain, janji itu pasti dikabulkan oleh Allah SWT.

Hanya saja seorang hamba harus bersabar dalam menunggu waktu yang Allah SWT tetapkan untuknya. Karena Allah SWT lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya.

Keraguan kita akan janji Allah SWT, sesungguhnya adalah tanda dari kelemahan tauhid, sehingga membuat mata batin kita menjadi buram dan cahaya dari ruhani kita menjadi padam. Hal inilah yang diingatkan oleh Syekh Ibnu Athaillah Assakandary dalam hikmahnya di atas.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid