Ilustrasi

Jakarta, Aktual.com– Belakangan ini sering kita melihat dan mendengar kabar bahwa beberapa ulama banyak sekali yang wafat dalam waktu yang berdekatan. Banyaknya ulama yang wafat tersebut menyisakan banyak sekali air mata yang seakan-akan tidak pernah kering.

Walaupun demikian, kematian merupakan peristiwa yang pasti terjadi pada setiap individu, baik anak-anak, pemuda, orang tua, pejabat, rakyat biasa, murid, dan juga ulama-ulama. Tidak ada yang kekal di bumi ini melainkan hanya Allah SWT.

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعاً إِلاَّ مَا شاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذا جاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ ساعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ

“Katakan! (Muhammad) aku tidak memiliki kekuasaan untuk diriku akan sebuah kemudharatan dan tidak pula kemanfaatan kecuali kehendak dari Allah, setiap umat memiliki ajal, apabila ajal mereka (manusia) itu tiba maka mereka tidak bisa memundurkan sedikit pun atau memajukan (ajal tersebut).”

Wafatnya ulama bukan hanya menyisakan kepedihan saja. Akan tetapi, itu merupakan salah satu pertanda bahwa ilmu di muka bumi ini lambat laun akan hilang. Sehingga akan banyak ulama-ulama yang tidak memiliki kompeten untuk berceramah dan memberikan fatwa. Hal ini pun pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, sebagai berikut:

يَقُولُ رسول الله: إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-Nya (seketika), akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mencabut para ulama, sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu pun dari ulama, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya kemudian memberikan fatwa tanpa didasari ilmu (brutal), maka mereka sesat dan menyesatkan.” (Imam Nawawi, Kitab Syarah Nawawi Ala Muslim, (Beirut: Dar Al-ihya’ At-turats Al-Arabi) Juz 16 halaman 223).

Selain Manusia, ternyata ikan dan burung juga turut berduka cita akan kepergian para ulama. Hal ini berdasarkan yang disampaikan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin:

وقال بعض الحكماء إذا مات العالم بكاه الحوت في الماء والطير في الهواء ويفقد وجهه ولا ينسى ذكره

“Sebagian ulama ahli hikmah berkata: apabila satu ulama wafat, ikan di lautan serta burung di udara pun akan turut berduka cita (akan kepergiannya). Jasadnya akan sirna, namun ia akan selalu dikenang.”

Akan tetapi, kepergian ulama harus dibayar oleh bangsa penerusnya. Wafatnya ulama diibaratkan sebagai lubang yang kosong dalam Islam, lubang tersebut tidak bisa ditutup melainkan dengan menambalnya. Maka, penambalan ini harus dilakukan oleh generasi selanjutnya. Imam Ghazali mengatakan:

وإذا مات العالم ثلم في الإسلام ثلمة لا يسدها إلا خلف منه

“Dan ketika satu ulama wafat, maka akan ada sebuah lubang dalam Islam yang tidak bisa ditutupi kecuali oleh generasi penerusnya.”

Semoga dengan wafatnya para Ulama, semakin menambah semangat generasi-generasi muda untuk meneruskan perjuangan-perjuangan mereka, sehingga hal tersebut tidak menghentikan dakwah Nabi SAW.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra