Jakarta, aktual.com – Amerika Serikat telah memberi peringatan kepada Israel bahwa melakukan serangan militer ke kota Rafah di Gaza selatan tanpa perencanaan yang tepat berisiko menjadi “bencana.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa ia telah memerintahkan pasukan untuk “bersiap beroperasi” di Rafah, setelah menolak apa yang ia sebut sebagai “tuntutan aneh” dari Hamas dalam perundingan gencatan senjata, dan serangan udara telah ditingkatkan.
Menurut laporan AFP pada Jumat (9/2/2024), Deputi Juru Bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel menyatakan bahwa Washington “belum melihat bukti adanya perencanaan serius untuk operasi semacam itu,” dan menambahkan bahwa “melakukan operasi seperti itu sekarang tanpa perencanaan dan pemikiran yang matang di daerah di mana satu juta orang mengungsi, akan menjadi bencana.”
Patel menyoroti bahwa tindakan militer semacam itu “tidak didukung oleh kami,” dan mengingatkan bahwa Rafah merupakan jalur masuk penting bagi bantuan kemanusiaan yang ditujukan ke Gaza melalui Mesir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakhiri tur regionalnya pada Kamis tanpa berhasil meraih jeda dalam pertempuran. Ini adalah kunjungan krisis kelimanya di Timur Tengah sejak perang dimulai.
Blinken menyampaikan kekhawatiran Washington kepada Netanyahu secara langsung selama pembicaraan mereka pada Rabu di Yerusalem.
Menteri Luar Negeri AS secara terbuka mengingatkan bahwa setiap “operasi militer yang dilakukan Israel harus memprioritaskan keselamatan warga sipil.”
Konflik tersebut, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, kini telah memasuki bulan kelima.
Serangan Hamas telah menyebabkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas dan melancarkan serangan udara dan serangan darat yang telah menewaskan sedikitnya 27.840 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Militan juga menyandera sekitar 250 orang. Israel mengatakan 132 orang masih berada di Gaza, 29 di antaranya diyakini tewas.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain