Jakarta, Aktual.com – Center for Budget Analysis (CBA) mendukung upaya Pemerintah dalam hal pembangun infrastruktur dengan prinsip Indonesia sentris atau pembangunan tidak hanya fokus di pulau Jawa.
Wilayah Indonesia pinggiran dari Sabang sampai Merauke diharapkan bisa secepatnya merasakan manisnya kue pembangunan.
Namun dalam gencarnya proyek pembangunan infrastruktur jalan, CBA banyak melihat indikasi penyelewengan yang dilakukan oknum tidak bertanggugjawab.
“Hal ini tentu sangat mencederai semangat pembangunan yang jujur dan bersih sebagaimana digelorakan Pemerintah,” kata Direktur CBA, Uchok Sky Khadafi secara tertulis, Kamis (21/12).
Dia mengungkapkan salah satu proyek yang penuh kejanggalan adalah pembangunan jalan nasional Oksibil-Towe Hitam di Kabupaten Oksibil, Papua yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).
Kemudian melalui satuan kerja pelaksanaan jalan nasional wilayah III Provinsi Papua (tanah merah) Kementerian PUPR, Proyek ini dimenangkan oleh PT Wijaya Karya (persero) dengan nilai anggaran sebesar Rp108 milar lebih.
Yang menjadi pertanyaan, dari segi nilai proyek, angka tersebut jauh lebih mahal jika dibandingkan perusahaan lainnya seperti yang ditawarkan PT Graha Prasarana Sentosa senilai Rp104.030.430.000 milar. Atau PT Cahayamas Perkasa senilai Rp107.135.922.000.
“Keputusan pihak Kemen PUPR dalam hal ini ULP Kelompok kerja III tanah merah yang justru memenangkan perusahaan dengan tawaran tinggi dan menggugurkan perusahaan dengan tawaran rencah jelas sangat mencurigakan. Ada selisih yang terlampau tinggi sebesar Rp4.536.640.000, angka ini tentunya bukan hanya sebatas selisih namun bisa juga berkonotasi lain,” ujar dia.
Untuk itu CBA mendorong penegak hukum agar segera memanggil pihak penyelenggara proyek pembangunan jalan nasional Oksibil-Towe Hitam yakni ULP Kelomok kerja 3 tanah merah untuk dimintai keterangan.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta