Mata uang tandingan Dolar AS menjadi tidak ada setelah Tiongkok memangkas nilai mata uang Yuan. GBP, Yen, Euro, hingga Rubel tidak mampu sebelumnya melawan dolar AS seiring peliknya masalah internal ekonominya.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 140 poin menjadi Rp13.747 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp13.607 per dolar AS.

Analisis pasar modal  NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menilai laju rupiah sulit bangkit akibat sentimen global dari pemangkasan mata uang Tiongkok Yuan.

Dalam kurs rupiah terhadap dolar yang diperdagangkan Bank Mandiri hari ini, Rabu (12/8), rupiah dijual mendekati level Rp14.000. Bank Mandiri menjual dolar AS pada level Rp13.825. Sedangkan kurs beli di level Rp13.745.

“Melemahnya mata uang satu-satunya tandingan dolar AS, Yuan, berimbas negatif pada pergerakan mata uang emerging market, termasuk rupiah,” jelas dia.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa nilai tukar rupiah mengalami tekanan ke level terlemah baru semenjak 17 tahun terakhir.

Mata uang domestik terkena dampak buruk dari kebijakan pemerintah Tiongkok yang melakukan devaluasi mata uang yuan.

“Posisi Indonesia sebagai salah satu rekan dagang utama Tiongkok dan eksportir komoditas akan membuat prospek perekonomian secara keseluruhan terkena dampak buruk akibat kebijakan pemerintah Tiongkok,” katanya.

Ia mengemukakan bahwa devaluasi yuan itu dilakukan untuk mendongkrak tingkat kompetisi barang ekspor Tiongkok yang terus tergerus, karena semenjak 2011 pertumbuhan tahunan ekspor Tiongkok secara konsisten melambat, sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

“Akibat devaluasi yuan, hampir seluruh mata uang di Asia-Pasifik melemah cukup tajam bersamaan dengan anjloknya harga komoditas,” katanya.

Dari domestik, lanjut dia, pelaku pasar sedang menanti data neraca transaksi berjalan Indonesia yang akan diumumkan pada pekan ini, serta rencana perombakan (reshuffle) kabinet. Secara umum isu negatif masih akan mendominasi pergerakan rupiah dalam jangka menengah.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka