Jakarta, Aktual.com —
“The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others”
Mohandas Karamchan Gandhi
Dari sekian banyak mutiara ajaran dan perilaku yang bisa diambil contoh dari Mahatma Gandhi adalah kata dan pesan singkat itu.
Dari sekian banyak mutiara ajaran dan perilaku yang bisa diambil contoh dari Mahatma Gandhi, semua bermuara dari kata dan pesan singkat itu.
Dari sekian banyak mutiara ajaran dan perilaku yang bisa diambil contoh dari Mahatma Gandhi, semuanya menetes dan mengalir dari kata dan pesan singkat itu.
Ya. Semua ajarannya yang sangat mulia itu tidak akan muncul dari mulut dan hatinya jika Sang Mahatma dia tidak pernah tahu dan tidak pernah paham soal ini: Siapa dirinya? Siapa Mohandas Karamchan Gandhi?
Dengan menyerahkan dengan penuh dirinya untuk melayani manusia, tak peduli kaya miskin, tua muda, sakit sehat bahkan musuh atau lawan, dia mempelajari seluruh gerakan hatinya.
Apakah masih ada kepedulian khusus terhadap yang seorang yang dilayani terhadap yang lain? Apakah perlakukannya akan sama ketika melayani orang kaya dibandingkan yang miskin? Apakah ada perlakuan yang berbeda ketika mengobati orang Inggris yang sedang sakit (yang saat itu masih menjajah bangsanya) dibandingkan dengan anaknya yang pada waktu bersamaan juga sedang sakit seperti orang Inggris itu? Apakah juga akan sama perlakuannya ketika seorang kaya meminta doa berkah dengan memberikan sedikit bantuan uang dibandingkan dengan orang miskin papa yang juga minta berkah doa ke dirinya?
Jika di hatinya masih ada sedikit rasa “lebih” ketika melayani seorang manusia dibandingkan dengan yang lain maka dia akan tahu siapa dirinya, bagaimana hatinya berbicara. Sang Mahatma mungkin menemukan dirinya ternyata dia manusia yang belum adil ketika melayani manusia. Sang Mahatma mungkin menemukan gerekan hatinya mengatakan dia belum ikhlas menolong seseorang.
Selalu membaca gerakan hati. Begitu, seperti itu terus yang dilakukan sang Mahatma. Tiap hari, tiap minggu, bulan sampai tahun. Dia selalu melihat bagaimana gerakan hatinya ketika melayani manusia. Dan dia terus belajar menemukan dirinya dari gerakan hatinya itu.
Dia tahu, dari gerakan hatinya itulah cermin siapa dirinya sebenarnya. Kalau hatinya masih merasa sombong ketika berhasil menolong orang lain, maka dia tahu bahwa dia masih Gandhi yang sombong. Kalau kemudian dia menemukan gerakan hatinya masih mengatakan ingin mendapat penghargaan setelah melayani seorang manusia maka dia menemukan ternyata dia adalah Gandhi yang tidak ikhlas.
Dan mungkin Sang Mahatma akan temukan Gandhi yang masih iri dengan orang lain, Gandhi yang masih benci dengan orang lain atau Gandhi yang masih serakah karena ingin menumpuk harta lebih banyak lagi. Atau Gandhi-Gandhi lainnya.
Pada titik tertentu, setelah belajar dari keburukan-keburukan Gandhi, setelah tahu siapa dirnya sebenarnya, akhirnya Sang Mahatma mengeluarkan sepatah kata dari mulut dan hatinya yang teramat mengejutkan buat seluruh pengikutnya. Begini sepatah kata itu: “Hate the sin and love the sinner”
Sejak saat itu, dia tidak pernah lagi marah terhadap ribuan manusia berkulit putih asal Inggris yang memakai seragam tentara dengan sepucuk senapan. Sejak saat itu dia tidak pernah marah lagi ke manusia berkulit putih asal Inggris yang menjajah bangsa dan negaranya selama puluhan tahun itu. Dan dia akan selalu memberi senyuman ke manusia berkulit putih asal Inggris ketika bersua di sebuah jalan. Sama seperti dia memberi senyuman ke bangsanya sendiri ketika lewat di jalan yang sama.
Saat itu, dia memutuskan seluruh bentuk perlawanan atas ketidakadilan yang dialami bangsa dan negaranya tidak lagi menggunakan kekerasan. Lawan dia bukan manusia. Tapi dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia.
Saat itu dia memutuskan, perlawanan atas ketidakadilan kepada bangsa dan negaranya bukanlah dengan pedang atau senjata lagi. Tapi peperangan terhadap sifat-sifat dan nafsu manusia yang mendorong manusia untuk berbuat dosa. Nafsu dan dosa manusia untuk terus memperbudak manusia lain demi kepentingan sebuah dosa akibat keserakahan manusia untuk memperkaya diri.
Ya…Sang Mahatma sudah sampai puncak pencerahan saat itu bahwa hakikat peperangannya adalah perang terhadap diri (nafsu) sendiri. Kalau manusia bisa memerangi dirinya (nafsunya) maka tidak ada lagi peperangan, penjajahan dan ketidakadilan di bumi ini.
Ini sebenarnya mutiara dan pelajaran maha penting dari seorang Mahatma Gandhi. Bukan ajaran Satyagraha atau ajaran Ahimsa yang tersohor itu.
Perjuangan Mohandas Karamchan Gandhi akan membuahkan hasil jika setiap manusia mau dan bersedia secara terus menerus untuk selalu melihat hatinya, melihat dan mencari siapa dirinya. Seperti cara Sang Mahatma melihat dirinya sendiri: Gandhi yang serakah? Gandhi yang sombong? Gandhi yang tidak adil? atau Gandhi lain.
Ya..inti dari seluruh ajaran Mahatma Gandhi sebenarnya adalah Menemukan Diri. Tak lebih.
Faizal Rizki Arief