KH.Muhammad Danial Nafis [kiri] di Humaitsara, Syaikh Abi al-Hasan Asyadzili

Jakarta, aktual.com – Kyai Nafis mengajak ikhwah untuk mengkaji kembali hadits kedua dalam kitab Arbain Nawawi yang populer dengan nama hadits jibril. Menurut beliau untuk menjabarkan secara tuntas hadits tersebut tidak cukup jika hanya satu atau dua sesi kajian saja. hadits ini harus dikaji dalam moment kajian tersendiri yang cukup panjang. Karena ia merupakan asas dari pokok-pokok agama. Maka dengan waktu yang singkat ini kita hanya bisa mengambil kesimpulan dan rangkuman faedah dari hadits tersebut.

Ketahuilah bahwa setiap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. baik itu yang terkandung dalam rukun islam, rukun iman maupun Ihsan, baik ajaran yang dzohir maupun bathin seluruhnya disebut dengan Syari’at. inilah mengapa Sidy Abdullah bin Shiddiq al-Ghumari ra. menulis kitab “Al-I’laam bi anna At-Tasawuf min Syariati Al-Islam”. Karena Tasawuf tidak bisa terlepas dari setiap pokok-pokok agama / arkanud diin yang dijelaskan dalam hadits ini.

Satu hal yang perlu kita perhatikan dalam hadits ini yaitu saat malaikat Jibril as. bertanya tentang Islam dan Iman, dalam teks hadits tersebut ia membenarkan jawaban Rasulullah saw dengan mengatakan “Sadaqta” (engkau benar). Namun saat bertanya tentang Ihsan, malaikat Jibril as. tanpa berucap shadaqta langsung beralih ke pertanyaan selanjutnya yakni tentang as-saa’ah(Kiamat). Ia tidak membenarkan seperti halnya saat pertanyaan Islam dan Iman, kenapa?

Karena jibril memang tidak mengetahui hakekat Ihsan. Dan Ihsan bukanlah wilayah para malaikat bahkan bagi jibril as. sekalipun. Ihsan yang merupakan pangkal ma’rifat adalah wilayah Insan Kamil, dalam konteks ini yaitu Rasulullah saw. beliau telah bermusyahadah kepada Allah swt. Kedudukan itu tergambar jelas dalam perjalanan mi’raj yang disana jibril as. hanya mampu mengantarkan sampai kepada alam Jabarut saja. Ia tidak bisa masuk ke alam laahut. Dan karena Ihsan & ma’rifat merupakan interaksi intens antara insan dengan Sang Khaliq, dan merupakan tujuan utama penciptaan manusia yakni untuk beribadah dan mengenal Penciptanya.

Adapun para malaikat dengan setiap tugasnya meskipun mereka memiliki sifat sam’an wa to’atan kepada Allah tapi mereka tidak dapat masuk ke wilayah dan puncak ma’rifat karena bukan itu tujuan mereka diciptakan, serta tidak adanya medan mujahadah bagi para malaikat di dalam perjalanan menuju kepada ma’rifat yakni adanya hawa nafsu. bahkan para malaikat pemangku Arsy sekalipun tidak dapat mencapai puncak ma’rifat sebagaimana Rasulullah saw., inilah mengapa derajat manusia lebih tinggi ketimbang malaikat jika manusia itu telah mengalahkan dan dapat mengendalikan hawa nafsunya.

Tentang As-Saa’ah (Hari Kiamat yang datang tiba-tiba)

Assaa’ah secara bahasa artinya waktu sesaat / sekejap. ini merupakan isyarat tentang Hari Kiamat yang datang secara tiba-tiba, sekejap dan mengejutkan seluruh penghuni alam semesta.

Maksud jawaban Rasulullah saw. tentang Tanda-Tanda hari kiamat :

1. Isyarat tentang moral orang-orang di akhir zaman terhadap orangtuanya, ibu khususnya, diperlakukan seperti pelayan, pembantu. tidak ditempatkan sebagaimana posisinya sebagai orangtua yang harus dihormati dan dipatuhi. Kyai Nafis lebih memilih pendapat dan maksud ini.

Adapun pendapat lain mengatakan yakni ketika raja atau juragan mengawini budaknya, sehingga lahirlah anak yang tidak bernasab.

2. Orang kampung, pedalaman, penggembala kambing (suku Badui Arab) yang miskin tiba-tiba saling berlomba meninggikan gedung. Tahun 50-80an, bangsa Arab masih tergolong miskin, namun saat ini banyak bangunan tinggi menjulang disana. antum bisa lihat di dubai, Oman, abudhabi bahkan Saudi.

Dalam satu riwayat, Rasulullah saw. pernah berkunjung ke rumah seseorang yang bangunannya tinggi. Lalu Rasulullah berkata “celakalah orang yang memiliki rumah yang bangunannya tinggi”, setelah itu beliau langsung keluar dari rumah tersebut dengan menunjukan wajah tidak senang. Namun saat ini banyak orang yang memiliki rumah indah, harusnya kita niatkan rumah itu sebagai sarana ibadah, untuk menikmati nikmat yang Allah berikan dan berharap keridhoan dari Rasulullah saw.

Percaya dengan ramalan / perkiraan kapan terjadinya kiamat termasuk su’ul adab kepada Allah Ta’ala, Bahkan Rasulullah saw. sekalipun hanya mengabarkan tentang tanda-tandanya saja sebagaimana bisa kita lihat dalam hadits-hadits beliau tentang ‘alaamatus saa’ah.

Seakan2 kita lebih mengetahui daripada beliau. perhatikanlah firman Allah swt.,
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;” (QS. Luqman ayat 34)

Dalam satu riwayat imam Muslim disebutkan “tidak akan terjadi hari kiamat sampai tidak ada lagi seorang pun di muka bumi yang menyebut ‘Allah, Allah'”
لا تقوم الساعة حتى لايقال في الارض الله الله

Maka jagalah dzikir kita kepada Allah swt. Karena saat kiamat terjadi, sudah tidak ada lagi kebaikan disana. Perzinahan merajalela dan degradasi moral yg begitu masiv. saat ini semua tanda tanda kiamat itu sedang berjalan dihadapan kita. Namun kita tidak perlu takut kapanpun kiamat itu datang. yang perlu kita lakukan adalah bersiap dan berbekal diri sebelum menghadap Allah swt.

Banyak yang menggambarkan kiamat sebagai huru hara penuh kebingungan. Namun bagi ahli tarekat, kiamat justru adalah sebuah terminal menuju perjumpaan dengan Sang Kekasih. sehingga yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri untuk perjumpaan yang sangat dinantikan itu.

Adapun kiamat sugra diantaranya yakni diangkatnya ilmu-ilmu Allah dengan kematian para ulama.

Perlu diketahui bahwa do’a adalah penolak bala’. Sebelum bala’ turun, keduanya saling bertempur di alam Malakut. Itulah mengapa para ulama menyusun resep doa berupa hizb. Diantaranya sebagai formula penangkal bencana dan wabah.

Kita seringkali tidak paham peran dan posisi kita , seolah-olah lupa siapa hamba dan siapa tuhannya. Pun dalam doa kita, kita lebih sering mengatur Allah daripada meminta bimbingan dan Rahmat-Nya. Orang yang tidak bermari’fat kepada Allah di dunia akan sulit bermusyahadah kepada Allah.

Jika seorang murid lupa dengan wiridnya. sanadnya tidak akan terputus. Cukup qadha dan niatkan untuk kembali ke jalan Thoriqoh. rasa cemas dan merasa khilaf karena meninggalkan wirid itu tanda kalau ia masih ingin kembali ke jalan Thoriqoh.

Setelah malaikat Jibril pergi, Umar ra tetap merasa terkejut hingga berhari-hari (ada ulama yang menyebutkan 3 hari). Lalu Rasulullah bertanya tentang siapakah orang tersebut, namun Umar ra menjawab bahwa “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Hal ini menunjukkan adab saat ditanya oleh guru, meskipun kita mengetahui jawabannya, lebih baik menjawab “guru lebih mengetahui daripada saya”.

Tidak perlu menunjukkan pengetahuan kita yang sebenarnya sangat sedikit. Pun ini dilakukan untuk menjaga adab terhadap guru.

Khauf (cemas akan azab Allah) dan Rajaa'(Berharap akan rahmat Allah) mana yang harus didahulukan? tergantung ahwaal / keadaan ruhani kita. Bagi mubtadi’ / pemula dalam perjalanan menuju Allah biasanya ia akan disibukkan oleh salah satunya. ketika membaca ayat-ayat dan khabar tentang hukuman neraka bagi orang-orang fasiq dan kafir. Khauf akan berguna baginya sebagai pecut ketika ia malas beribadah. Dan ketika ia membaca ayat-ayat atau kabar tentang janji surga dan kenikmatan-kenikmatan yg didapatkan orang-orang Sholeh.

Rajaa’ akan memotivasi dirinya untuk giat beribadah. Dan terkadang keduanya berjalan seiringan saling berkelindan. Adapun yang paling baik adalah kita hanya cemas (khauf) dan berharap (rajaa’) kepada Allah saja. bukan sekedar takut kepada neraka atau berharap surga.

Wallahu a’lam.

RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.45 – 08.45 WIB Senin 5 Sya’ban 1441 / 30 Maret 2020)

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto