Jakarta, Aktual.co — Bagyo Prasetyo, arkeolog dari Badan Arkeologi Nasional menjelaskan, bahwa situs megalitik Gunung Padang tidaklah sama dengan Piramida di Mesir yang selama ini diwacanakan. “Situs Gunung Padang merupakan undak tanah diperkuat dengan bongkahan batu,” ujar Bagyo di Jakarta, Rabu (3/12).

Bagyo menerangkan, perbedaan antara Gunung Padang dengan Piramida adalah dari bahan pembuatnya. Yakni, Piramida menggunakan bongkahan batu yang disusun, sedangkan Gunung Padang hanyalah undak tanah. “Janganlah disamakan dengan piramida, itu berbeda,” tegasnya.

Sementara itu, arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Ali Akbar menimpali, bila dilihat dari morfologi, memang ada kemiripan bentuk antara Gunung Padang dengan Piramid. Namun demikian, itu hanya sekedar kemiripan bentuk saja. Jika dilihat dari aspek budaya, kedua situs tersebut berbeda jauh. Piramida berfungsi sebagai makam, sedangkan Gunung Padang diperuntukkan sebagai tempat pemujaan.

Ali kembali mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan penelitian dan pemugaran Situs Gunung Padang untuk menemukan bentuk sebenarnya, apakah berbentuk limas atau piramida.

Hingga saat ini, data yang sudah didapat para arkeolog adalah situs Gunung Padang terdiri atas lima teras berundak. Teras tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan luas bangunan 3.049,59 m2 dan luas tanah 17.196,52 m2.

Untuk diketahui, situs Gunung Padang sudah tercatat oleh seorang Geolog asal Belanda, Rogier Verbeek pada tahun 1891 silam. Namun, setelah pencatatan tersebut tidak ada aksi apapun atas temuan tersebut. “Walaupun sudah dicatat, dia tidak dikunjungi, dicatat, dan diteliti. Baru pada tahun 1979, situs ini baru diteliti lagi,” ujar Ali.

Penelitian selanjutnya dilakukan pada 2011. Tim Katastropik Purba yang diinisiasi staf khusus Presiden bidang bantuan sosial dan bencana melakukan riset kebencanaan di situs ini dan menyatakan terdapat kemungkinan lapisan buatan manusia di bawah permukaan.

Setahun berikutnya, Staf Khusus Presiden menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang diketuai oleh Ali Akbar dan Geolog Danny Hilman.

Tahun 2014, situs Gunung Padang ditetapkan sebagai situs cagar budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan rencananya akan diajukan ke The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia oleh Kemendikbud.

Artikel ini ditulis oleh: