Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko, bersama Kepala Bapanas dalam kunjungannya ke pergudangan modern Perum Bulog di kawasan Kepala Gading, Jakarta, Sabtu. ANTARA/ Muhammad Heriyanto.

Jakarta, Aktual.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendata stok beras nasional yang berada di Bulog, penggilingan padi, distributor, pedagang hingga masyarakat mencapai 4 juta ton pada awal tahun 2024.

“Dihitung sekitar 4 juta ton. Nah ini sebenarnya relatif cukup dalam rangka menghadapi sampai Lebaran karena ditambah dengan awal tahun atau di bulan Januari pun ada beberapa daerah yang akan panen kemudian diikuti Februari, Maret,” kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa di Jakarta, Rabu (10/1).

Dari total stok 4 juta ton tersebut, Bapanas, melalui Bulog, menguasai 1,3 juta ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Cadangan beras itu merupakan carry over dari tahun 2023 dan jumlahnya melebihi target yang ditetapkan pemerintah yakni 1,2 juta ton.

Astawa menegaskan bahwa stok CBP 1,3 juta ton dapat berfungsi sebagai cadangan sebelum panen raya, dengan tambahan pasokan hingga mencapai 3 juta ton sesuai instruksi dari Presiden Joko Widodo. Untuk mencapai target ini, Bapanas akan menyerap hasil panen petani dalam negeri dan melakukan impor beras dari India dan Thailand sebanyak 3 juta ton, setengahnya diharapkan tiba sebelum April.

“Pak Mentan (Menteri Pertanian) selalu bilang beliau sudah melakukan langkah-langkah banyak dan menurut kami itu sangat tepat. Mudah-mudahan apa yang dilakukan beliau dalam rangka memperkuat produksi, setelah produksi menjadi bagian dari Badan Pangan Nasional karena kami bisa memperkuat cadangan pangan pemerintah,” ucapnya.

Selain menjaga stok beras, pemerintah juga mengimplementasikan program bantuan pangan beras untuk 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) selama tiga bulan, yakni Januari, Februari, dan Maret. Rencananya, program ini akan diperpanjang hingga April, Mei, dan Juni.

“Dalam setahun itu 1,2 juta ton, rata-rata dalam sebulan mungkin ada yang 100 ribu ton. Lihat kondisi, kala bantuan pangan tinggi (penyaluran) SPHP disedangkan, sehingga bisa menjaga ritme harga supaya tidak bergerak lagi naik karena bagaimana pun tatkala bantuan tangan dihentikan harga melonjak lagi naik karena terkait dengan produksi,” jelas Ketut.

Bapanas juga bersama pemerintah daerah menghadirkan program Gerakan Pangan Murah (GPM) sebagai langkah antisipatif menghadapi potensi berkurangnya produksi akibat El Nino. Program ini akan ditingkatkan menjelang perayaan hari besar keagamaan, termasuk Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.

“GPM Itu banyak sumber sebenarnya artinya bisa menggunakan beras Bulog, SPHP. Kedua GPM itu bisa melibatkan CSR para perusahaan di wilayah masing-masing artinya bisa retail modern dijual dengan harga yang wajar dan GPM dijual dengan harga yang sedikit di bawah sehingga masyarakat pun bisa mendapatkan harga dibawa harga pasar,” tutur dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan

Tinggalkan Balasan