Sleman, aktual.com  – Pemerintah Provinsi Bangka Belitung (Babel) menjalin kerja sama dengan Komunitas Banyu Bening Dusun Tempursari, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengelola air hujan agar lebih bermanfaat.

Kesepakatan kerja sama tersebut dilakukan Pemerintah Provinsi Babel dengan Komunitas Banyu Bening pada kegiatan Kenduri Banyu Udan di Dusun Tempursari, Desa Sardonoharjo, Sabtu (30/11).

Kerja sama tersebut berisikan kesepakatan alih Teknologi Pengelolaan Air Hujan secara Terintegrasi untuk solusi air bersih di Provinsi Bangka Balitung.

“Kondisi air tanah di sebagian besar Provinsi Bangka Belitung diketahui tidak layak konsumsi, padahal curah hujan di Babel sangat tinggi dan hampir sepanjang tahun selalu hujan, jadi kami melihat air hujan ini bisa jadi solusi,” kata Kalaksa BPBD Provinsi Bangka Belitung Mikron Antariksa di sela penandatanganan kerja sama.

Penandatanganan kerja sama tersebut dilaksanakan oleh Wakil Gubernur Provinsi Bangka Belitung Abdul Fatah dan Ketua Yayasan Mutiara Banyu Bening Sri Wahyuningsih.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun yang hadir menyambut Wakil Gubernur Bangka Belitung mengatakan kegiatan tersebut guna menyiapkan masyarakat untuk menyambut datangnya musim hujan, yakni dengan menampung air hujan.

“Memasuki musim hujan ini, sangat bijak jika masyarakat mempersiapkan tandon air hujan sehingga dapat memanen air hujan baik agar tidak membeludak dan menimbulkan banjir,” katanya.

Wabup Sleman juga memberikan apresiasi kepada Komunitas Banyu Bening karena telah memberikan kontribusi untuk masyarakat Sleman dan Indonesia pada umumnya.

Kegiatan Kenduri Banyu Udan tersebut tidak hanya dalam rangka memanfaatkan air hujan tetapi juga turut melestarikan kebudayaan yakni dengan kirab warga serta tari-tarian.

“Kegiatan ini sekaligus membangun karakter generasi penerus, karena yang hadir dari balita hingga orang dewasa, dan juga dari berbagai komunitas air hujan yang ada di Indonesia juga hadir di sini,” katanya.

Ketua Komunitas sekaligus Pendiri Banyu Bening Sri Wahyuningsih mengatakan melalui kenduri tersebut pihaknya mengajak banyak orang untuk lebih dekat dan mengenal fungsi air hujan.

“Kami sengaja membuat Kenduri Banyu Udan setiap tahun, selain sebagai ucapan rasa syukur atas berkah dari air hujan, juga merupakan sarana sosialisasi mengenai pentingnya air hujan,” katanya.

Menurut dia, tahun ini merupakan pelaksanaan kenduri yang keempat kalinya sebagai langkah untuk mengedukasi masyarakat akan cara pemanfaatan air hujan.

“Dengan pemanfaatan air hujan ini diharapkan tidak terjadi lagi eksploitasi air tanah yang berlebihan yang berpotensi memunculkan permasalahan air di lingkungan. Selain itu masyarakat juga dapat menghemat pengeluaran untuk mendapatkan air bersih,” katanya. (Eko Priyanto)

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin