Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat mewakili Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, membuka secara resmi acara Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 (JGF 2025) di Jakarta, Selasa (24/6/2025).Aktual/ DOK Kementerian ESDM

Jakarta, aktual.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan kekhawatirannya saat harga minyak dunia sempat melonjak menembus US$ 70 per barel, dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Harga tersebut kemudian turun ke kisaran US$ 68 per barel pada Selasa (24/6/2025).

“Kemarin ketika terjadi konflik antara Israel dan Iran, itu sempat membuat kita khawatir. Kami juga melakukan komunikasi dengan beberapa menteri ekonomi dan energi di dunia,” ungkap Bahlil dalam acara Jakarta Geopolitical Forum 2025 di Jakarta.

Menurut Bahlil, lonjakan harga minyak tak lepas dari respons pasar terhadap eskalasi konflik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat. Bahkan, pada akhir pekan lalu, harga minyak Brent berjangka sempat menyentuh level US$ 77,10 per barel.

Kekhawatiran pemerintah, kata Bahlil, beralasan. Pasalnya, harga minyak dunia sangat memengaruhi kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mengingat Indonesia masih bergantung pada impor minyak dan memiliki konsumsi energi domestik yang besar.

“Dalam Buku APBN 2025, asumsi harga minyak dipatok sebesar US$ 82 per barel. Jika harga aktual melebihi asumsi tersebut, tentu akan ada evaluasi karena itu akan membebani subsidi bahan bakar minyak (BBM),” jelasnya.

Namun, ia bersyukur karena perkembangan terbaru menunjukkan tren penurunan harga minyak dunia, menyusul kabar gencatan senjata antara Iran dan Israel. “Dalam beberapa bulan terakhir, harga belum sampai US$ 75 per barel. Secara APBN itu bagus sebenarnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bahlil berharap agar ketegangan geopolitik di Timur Tengah segera mereda agar situasi global kembali stabil, baik dari sisi politik maupun ekonomi.

“Hanya doa dan ikhtiar kita secara internal yang bisa menyelamatkan kita. Kita tidak bisa berharap pada negara lain dalam kondisi seperti ini,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano