Banda Aceh, Aktual.co — Wali Kota Banda Aceh, Hj Illiza Saaduddin Djamal menyatakan, pihaknya komit menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) di kota tersebut.

Hal itu disampaikan dalam diskusi publik bertajuk Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh (Kenyataan, Harapan dan Tantangan), Jumat (6/2) di Aula Lantai IV Balai Kota Banda Aceh.

Acara tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni Prof Dr Rusydi Ali Muhammad SH MH (Direktur Program Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry), Drs Tgk H A Karim Syeikh MA (Ketua MPU Banda Aceh) dan Ustadz Masrul Aidi (Ulama Muda Aceh).

“Di luar (negeri), bukan beauty of islam yang diangkat ke media, tapi lebih cenderung dari sisi lainnya seperti soal teroris,” sebut Illiza.

Beberapa waktu lalu, kata wali kota, ia diundang ke Kedubes Amerika Serikat di Jakarta untuk mempresentasikan soal smart city (kota cerdas). Dari sisi pemerintah dan masyarakatnya, Banda Aceh dinilai lebih siap untuk menjadi smart city. “Mereka awalnya terkejut melihat perkembangan atau pemanfaatan teknologi di kota kita yang menerapkan syariat Islam,” ujarnya Illiza.

Disebutkan, pihaknya akan menunjukkan pada dunia bahwa syariat Islam tidak menghalangi warga dari modernisasi. “Bahkan dengan tekonologi yang dibingkai dengan syariat, kami yakin akan lebih maju ke depan,” terang Illiza mengutip kembali pernyataannya di depan Dubes AS kala itu.

Menjawab pertanyaan terkait pelaksanaan hukuman cambuk yang dituding sejumlah pihak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), Illiza mengungkapkan, pada dasarnya hukuman penjara bertahun-tahun yang lebih melanggar HAM.

Illiza lalu menceritakan ada orang non muslim yang ditangkap karena menjual miras yang diminta dicambuk saja daripada dikenakan pasal KUHP. Dengan dicambuk ia merasa tidak akan mau lagi mengulangi perbuatannya.

“Setelah menjalani hukuman cambuk, ia pun bisa kembali memenuhi hak dan kewajibannya kepada keluarganya. Bayangkan jika ia dipenjara sampai bertahun-tahun dan terpaksa menelantarkan keluarganya. Tapi tentu hal tersebut tidak bisa kita penuhi karena yang bersangkutan bukan muslim,” akunya.

Menurut wali kota, keindahan Islam-lah saat ini yang perlu diangkat oleh semua pihak, baik melalui media sosial maupun pertemuan-pertemuan seperti yang digelar hari ini. “Yang jangan memperkeruh suasana,” pesannya.

Hal lainnya, Illiza juga mengajak para peserta diskusi untuk mensosialisasikan kepada masyarakat soal hari valentine (kasih sayang) dalam waktu dekat yang jelas-jelas bukan budaya Islam.

Di kota-kota di luar Aceh, katanya, aneka penganan cokelat sudah disediakan di supermarket-supermarket. “Ada pita pink dan kondom di dalamnya. Di Banda Aceh belum saya temukan. Ini perlu kita sosialisasikan kepada masyarakat, ini bukan budaya kita. Jangan cukup hanya kita saja tahu, tapi sebarkan kepada masyarakat luas,” pungkas Illiza.

Artikel ini ditulis oleh: