Terlihat warga masih melakukan aktivitas didalam rumah dan diluar rumah walaupun banjir menggenangi di pemukiman padat yang berada Kampung Melayu, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Kamis (10/3/2016). Hujan deras yang mengguyur wilayah Bogor pada Senin (7/3/2016) mengakibatkan volume air di kali Ciliwung meningkat dan kembali mengakibatkan banjir di daerah bantaran kali.

Jakarta, Aktual.com —  Dua tewas dan 24.000 jiwa terdampak meluapnya Sungai Citarum di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akibat hujan deras yang berlangsung sejak Selasa (8/3) hingga Minggu (13/3) dini hari. Puncak hujan deras di kawasan itu terjadi pada Sabtu (12/3/2016) pukul 16.00 – 19.30 WIB.

“Derasnya hujan menyebabkan banjir yang cukup luas dan merendam 15 daerah di Kabupaten Bandung,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (13/3).

Daerah-daerah tersebut, meliputi Kecamatan Cicalengka, Rancaekek, Cileunyi, Solokan Jeruk, Majalaya, Ciparay, Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Pameungpeuk, Banjaran, Arjasri, Cangkuang, Katapang dan Kutawaringin.

Sutopo menyebutkan berdasarkan data sementara hasil kaji cepat BPBD Kabupaten Bandung, sebanyak 5.900 KK (24.000 jiwa) terdampak banjir dan lebih dari 3.000 jiwa mengungsi.

“Tinggi banjir sekitar 80 – 300 centimeter. Daerah di sekitar bantaran sungai Citarum dan cekungan tinggi banjir mencapai tiga meter,” katanya.

Akibatnya, lanjut dia, dua orang meninggal dunia dan tiga orang hilang.

Korban meninggal adalah Risa (13 tahun) akibat tersengat listrik saat banjir dengan alamat Kampung Ciburuy Desa Citeureup Kecamatan Dayeuhkolot dan Ela (40 tahun) warga Kampung Sawahluhur, RW 10 Desa Sukasari Kecamatan Pameungpeuk akibat terseret arus.

“Tiga orang yang hilang adalah suami Ibu Ela dan kedua anak perempuan dari Ibu Ela. Saat banjir mengungsi ke bangunan di tepi sungai yang kemudian roboh,” katanya.

Sutopo mengatakan saat ini tim BPBD dan Basarnas masih melakukan pencarian.

Dia menambahkan hujan deras pada Sabtu (12/3)juga menyebabkan longsor di Kampung Lemburkebon RT 3 RW 7 Desa Padasuka Kec Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Dia merinci satu rumah rusak berat tertimbun longsor.

“Tidak ada korban jiwa. Penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri meskipun rumah tertimbun material longsor seluruhnya,” katanya.

Sutopo mengatakan saat ini mereka mengungsi ke kerabat terdekat. Sementara itu angin kencang saat hujan juga merusakkan beberapa rumah di Desa Rancatungku Kampungp Mengger RW 03 dan RW 04 Desa Rancatungku.

Lebih lanjut, dia menambahkan BPBD Kabupaten Bandung, BPBD Provinsi Jawa Barat, TRC BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Tagana, PMI, SKPD, beberapa komunitas penggiat kebencanaan seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Tabara, Unit Cegah Siaga, relawan dan masyarakat saling membantu melakukan penanganan darurat.

“Upaya BPBD saat ini masih melakukan evakuasi dan penyelamatan korban. Pengungsi ditempatkan di beberapa lokasi seperti Kantor Kelurahan Baleendah, Gedung Inkanas, GOR SKB, Gedung Juang, Gedung PDIP, Kantor Kecamatan Dayeuhkolotkolot, Kantor Camat Baleendah, masjid Al Sofia dan sara prasana umum lainnya di tiga kecamatan,” katanya.

Kepala BNPB Willem Rampangilei telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD dan memberikan bantuan untuk penanganan darurat banjir.

Bupati Bandung juga sedang menyiapkan status darurat banjir.

“Kebutuhan mendesak saat ini adalah permakanan untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi, air bersih, pakaian, obat-obatanan dan dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat,” kata Sutopo.

Daerah di sekitar hulu Sungai Citarum yang meliputi Majalaya, Ciparay, Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan lainnya yang saat ini terendam banjir adalah daerah rawan banjir.

“Kondisi topografinya merupakan cekungan seperti mangkok, namun wilayah ini telah berkembang menjadi permukiman dan kawasan industri yang padat penduduknya,” katanya.

Sungainya, lanjut dia, juga mengalami sedimentasi dan penyempitan sehingga mudah meluap.

Hal itu diperparah dengan rusaknya daerah aliran sungai di bagian hulu sehingga banjir tahunan selalu berulang.

“Berbagai upaya pengendalian banjir telah dilakukan, baik upaya struktural dan non struktural. Namun upaya ini kalah cepat dibandingkan dengan faktor-faktor penyebab banjir sehingga banjir belum dapat dituntaskan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka