Namun, Perry menekankan fokus Bank Sentral masih tetap mewaspadai gejolak nilai tukar dalam beberapa waktu ke depan.
“Terkait dengan keberadaan kami di pasar, bahwa mekanisme pasar juga semakin kuat. Sehingga membentuk pergerakkan kurs yg mencapai suplai dan permintaan di pasar,” ujar dia.
Perry tidak menjawab dengan pasti apakah level rupiah saat ini masih berada di luar nilai fundamentalnya. Namun, dia mengatakan ruang penguatan bagi rupiah masih terbuka karena fundamental ekonomi Indonesia yang baik, seperti pertumbuhan ekonomi 5,27 persen di kuartal II 2018, pertumbuhan kredit yang melebihi 10 persen (yoy), dan rencana pemerintah unttuk mengurangi defisit transaksi berjalan.
“Dan saya yakini defisit transaksi berjalan juga akan turun. Hal itu akan mendukung langkah stabilitas,” ujarnya.
Dia menilai langkah pemerintah untuk mengurangi defisit transaksi berjalan sudah sangat “konkret”. Langkah itu seperti penaikkan Pajak Penghasilan sebanyak 1.147 Barang Impor, kebijakan penggunaan biodiesel berisi campuran solar dan minyak sawit mentah (B20) dan juga perluasan sektor pariwisata.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid