Aktivitas Ekonomi di Malaysia (EPA-EFE)

Kuala Lumpur, Aktual.com – Komite Kebijakan Moneter (MPC) Bank Negara Malaysia menaikkan suku bunga kebijakan “overnight” sebesar 25 basis poin menjadi 2,25 persen pada Rabu (6/7).

Sedangkan tarif plafon dan lantai koridor suku bunga kebijakan “overnight” (OPR) masing-masing meningkat menjadi 2,50 persen dan 2,00 persen, demikian menurut keterangan Bank Negara Malaysia yang diakses di laman resminya dari Kuala Lumpur, Rabu (6/7).

Pembukaan kembali ekonomi global dan kondisi pasar tenaga kerja yang membaik terus mendukung pemulihan aktivitas ekonomi. Namun, kondisi tersebut sebagian diimbangi oleh dampak dari meningkatnya tekanan biaya, konflik militer di Ukraina dan tindakan penahanan yang ketat di China.

Tekanan inflasi terus meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas dan kondisi permintaan yang kuat, meskipun beberapa kondisi rantai pasokan global mereda.

Karena itu, dalam keterangannya, bank sentral diperkirakan akan terus menyesuaikan pengaturan kebijakan moneter mereka dengan cepat untuk mengurangi tekanan inflasi.

Ke depan, laju pertumbuhan global diperkirakan akan moderat, dan akan terus dipengaruhi oleh tekanan biaya yang meningkat, konflik di Ukraina, kondisi rantai pasokan global, dan volatilitas pasar keuangan.

Untuk perekonomian Malaysia, aktivitas ekonomi terus menguat dalam beberapa bulan terakhir. Indikator ekspor dan belanja ritel menegaskan momentum pertumbuhan positif, didukung oleh transisi pandemi COVID-19 ke endemi.

Dengan semakin menurunnya tingkat pengangguran, BNM mengatakan partisipasi tenaga kerja yang lebih tinggi dan prospek pendapatan yang membaik dapat terjadi.

Selain itu, menurut BNM, pembukaan kembali perbatasan internasional sejak 1 April 2022 akan memfasilitasi pemulihan di sektor terkait pariwisata di Malaysia. Aktivitas dan prospek investasi terus ditopang oleh realisasi proyek tahun jamak.

Namun demikian, risiko penurunan terhadap pertumbuhan terus berasal dari pertumbuhan global yang lebih lemah dari perkiraan, eskalasi konflik geopolitik lebih lanjut, dan gangguan rantai pasokan yang memburuk.

Tahun ini, inflasi utama rata-rata 2,4 persen. Meskipun diproyeksikan tetap berada dalam kisaran perkiraan 2,2 persen hingga 3,2 persen untuk tahun ini, inflasi utama mungkin lebih tinggi dalam beberapa bulan terutama karena efek dasar dari harga listrik.

Namun demikian, besarnya tekanan inflasi akan tetap sebagian tertahan oleh pengendalian harga yang ada, subsidi bahan bakar dan berlanjut kapasitas cadangan dalam perekonomian. Prospek inflasi terus bergantung pada perkembangan harga komoditas global, terutama yang timbul dari konflik militer yang sedang berlangsung di Ukraina dan gangguan terkait pasokan yang berkepanjangan, serta langkah-langkah kebijakan domestik.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: As'ad Syamsul Abidin