Jakarta, Aktual.com – Ibnu Hajar Ast-qalani adalah salah seorang imam yang sudah banyak menelurkan kitab-kitab. Dan kitab-kitab itu, hingaa saat ini masih banyak digunakan sebagai pelajaran.

Namun siapa sangka, Imam Ibnu Hajar Ast-qalani, ketika kecilnya merupakan seorang murid yang bisa dikatakan kurang cerdas.

Meski demikian, Ibnu Hajar Ast-qalani, merupakan sosok anak yang dan murid yang rajin. Hal ini karena tempaan dari kakaknya yang mengasuh Ibnu Hajar Ast-qalani mulai dari dirinya berusia empat tahun, setelah ia ditinggalkan ayahandanya untuk menghadap sang Khalik, menyusul ibundanya yang lebih dulu meninggal ketika ia berusia balita.

Ketika duduk di bangku sekolah, Ibnu Hajar Ast-qalani sempat frustasi dan meninggalkan sekolahnya, karena ketidakmampuannya untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Bahkan Ibnu Hajar Ast-qalani kecil, sering lupa pelajaran sekolah yang diberikan oleh gurunya.

Ibnu Hajar Ast-qalani yang lahir pada tanggal 22 Sya’ban 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil ini, memutuskan untuk meninggalkan sekolahnya.

Dalam perjalanan pulang, hujan pun turun dengan lebatnya membuat Ibnu Hajar Ast-qalani meneduh dalam sebuah goa.

Di dalam goa, ia melihat sebuah tetesan air yang menimpa sebuah batu dan membuat batu itu berlubang. Dan hal ini membuat Ibnu Hajar Ast-qalani kagum.

Melihat kejadian itu, beliau merenung dan menimbulkan pertanyaan dalam hatinya, “bagaimana mungkin sebuah batu yang keras bisa terlubangi hanya dengan setetes air?,” tanyanya.

Ia mengambil kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena, tetesan air yang terus menerus. “Jika batu yang keras saja bisa terlubangi dengan air, apalagi kepala saya yang tidak sekeras batu, jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika diiringi dengan ketekunan, rajin dan sabar,” ucapnya.

Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar Ast-qalani, dan memutuskan untuk kembali ke sekolah untuk menuntut ilmu dengan tekun.

Perubahan drastis pun terjadi, beliau manjadi murid yang tercerdas dan melewati teman-temannya yang telah menjadi ulama besar.

Ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang terkenal, diantara karyanya adalah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.

Bahkan menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).

Inilah sekelumit ringkasan sejarah seorang ulama/imam besar, yang berawal dari ketidakmampuannnya mengikuti pelajaran dengan baik, bisa menjadi ulama besar, karena belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh.

Semoga, sekelumit sejarah ini, bisa menjadi motivasi bagi kita untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat lebih banyak dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

 

Laporan: Fikry Hizbullah

Artikel ini ditulis oleh: