Jakarta, aktual.com – Setiap insan di dunia ini berhak mencintai atau dicintai. Namun apakah yang kita cintai juga mencintai kita? Ataukah cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan? Rabiah mengajarkan kita tentang cinta yang hakiki, cinta yang abadi yaitu hanya mencintai Sang Khaliq yang kekal dan abadi.

Nama lengkap Rabiah adalah Rabiah binti Ismail bin Hasan bin Zaid Bin Ali bin Abi Thalib. Ia dilahirkan pada tahun 95 hijriah di Basrah (Irak). Dinamakan Rabiah karena beliau adalah anak keempat. Rabiah memiliki 3 orang saudara perempuan.

Rabiah hidup dalam keluarga miskin namun orang tuanya adalah sosok yang taat beribadah dan juga zuhud. Orang tuanya berdoa kepada Allah SWT agar mereka dikaruniai anak laki-laki. Mereka berharap dengan lahirnya anak laki-laki dapat membantu mengurangi penderitaan perekonomian keluarga.  Namun, Allah SWT berkehendak lain, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang akhirnya diberi nama Rabiah.

Ketika Rabiah lahir, hanya ada sedikit minyak di rumah untuk menerangi cahaya, akhirnya ibu rabiah menyuruh suaminya untuk meminta minyak kepada tetangga, namun ia kembali dengan tangan kosong. Kemudian ia tidur dalam keadaan sedih, dan di dalam mimpinya ia bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. dan berkata kepadanya : ” Janganlah bersedih, karena putrimu akan menjadi wanita yang mulia. Akan ada 70.000 dari umatku yang mengharapkan syafaatnya”.

Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk menemui Isa Zadan yaitu pemimpin Basrah. Dengan menyiapkan sepucuk surat yang berisi pesan dari Rasulullah SAW yang berbunyi : ” Engkau biasanya shalat sebanyak 100 rakaat setiap hari, dan shalat pada malam Jum’at sebanyak 400 rakaat. Namun, pada hari Jum’at yang terakhir engkau lupa melaksanakannya. Oleh karena itu hendaklah engkau membayar sebanyak 400 dinar kepada yang memberi surat ini, sebagai kafarat atas kelalaianmu”.

Dengan adanya kejadian ini, berubahlah pandangan orang tuanya terhadap Rabiah. Mereka menyambut kelahiran Rabiah dengan suka cita dan bahagia.

Rabiah Al-adawiyah adalah orang pertama yang mengenalkan ajaran tasawuf tentang cinta kepada Allah SWT. Beliau dikenal sebagai pelopor tasawuf mahabbah yaitu penyerahan diri total kepada Allah SWT. Dan ia pun dikenang dengan julukan ibu para sufi besar ( The Mother Of The Grand Master). Hakikat tasawufnya adalah hubbulillah (mencintai Allah SWT). Yaitu segala ibadah dan apa yang dilakukan itu berdasarkan rasa cinta dan kerinduan kepada Sang Kekasih yaitu Allah SWT, bukan dengan adanya rasa takut akan siksa neraka atau mengharapkan surga.

Kata cinta atau hubb  berasal dari Bahasa arab أحب – يحب – محبة cinta yang mendalam, kata ini merujuk pada rasa cinta yang tulus dan mendalam.

Definisi cinta menurut Rabiah adalah cintanya seorang hamba kepada Rabbnya. Ia mengajarkan bahwa cinta itu harus menutup dari selain yang dicinta yaitu Allah SWT. dan juga ia mengajarkan bahwasannya cinta harus langsung dituju kepada Allah SWT. dengan mengesampingkan yang lain. Dan juga cinta itu harus tulus tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan apapun.

Menurut para sufi, hubbulillah atau mahabbah adalah maqam paling tinggi di dalam tasawuf. Konsep cinta Rabiah terbilang terlalu ekstrem. Ia menyebut bahwasannya orang yang ingin mendapatkan cinta-Nya harus meninggalakn segala bentuk kehidupan yang dapat menghalangi cinta-Nya, dan memisahkan diri dari sesama makhluk ciptaan-Nya agar dapat mengabdi secara utuh kepada Sang Pencipta.

Konsep cinta sufi yang dinisbatkannya juga mengantarkannya pada penolakknya terhadap pernikahan, karena dapat mengantarkan cinta kepada selain-Nya.

Berikut salah satu syair Rabiah al-Adawiyah yang terkenal:

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ أَعْبُدُكَ خَوْفًا مِنْ نَارِكَ فَاحْرِقْنِي بِهَا،
وَإِنْ كُنْتُ أَعْبُدُكَ طَمَعًا فِي جَنَّتِكَ فَاحْرِمْنِي مِنْهَا،
وَلَكِنْ إِنْ كُنْتُ أَعْبُدُكَ حُبًّا لَكَ، فَلَا تَحْرِمْنِي رُؤْيَتَك.

“Wahai Tuhanku, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, maka bakarlah aku dengan api neraka Jahannam.

Dan jika aku menyembah-Mu karena menginginkan surga, maka halangilah aku untuk mencapai-Nya.

Namun, jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku terhadap-Mu, maka jangan engkau haramkan aku untuk melihat keindahan-Mu yang abadi”

Konsep cinta menurut Rabiah ini bisa kita jadikan landasan bahwasannya hakikat seorang hamba di dunia ini adalah untuk mengabdi dan mencintai Allah SWT. dengan kita mendapatkan cinta-Nya, maka kita akan sadar bahwa tidak ada cinta yang lebih besar kecuali cinta-Nya kepada hamba-Nya. Dengan kita mencintai-Nya maka kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.

(Nabillah Azzahra)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain