Jakarta, Aktual.com — Bank Sentral China (PBOC) menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,6 persen, dari sebelumnya 4,85 persen. Hal ini dilakukan China untuk mendorong minat investor dan pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan hal tersebut tidak akan berpengaruh pada Indonesia. Menurutnya, yang berpengaruh terhadap Indonesia yaitu ketika China mendevaluasi yuan.
“Tapi kalau berpengaruh ke luar ya kalau dia (China) devaluasi, dia akan terus lakukan itu karena sekarang masih overvalue,” ujar Bambang usai rapat di Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Selasa (25/8).
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) menilai penurunan suku bunga acuan China sebagai bentuk konsistensi otoritas China mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Itu berarti memberikan optimisme. Kita sambut baik. Kalau ekonomi China tidak terus menurun kita harapkan akan baik bagi negara yang selama ini punya hubungan perdagangan erat dengan China,” jelas dia.
Meski demikian, belum ada tanda-tanda BI akan menurunkan suku bunga yang sejak awal tahun ini masih dipertahankan di level 7,5 persen.
Agus mengatakan karena BI masih mewaspadai perkembangan eksternal, seperti harga minyak mentah yang terus menurun dan perlambatan ekonomi global.
“Kita harus jaga stands moneter kita tetap prudent dan konsisten agar makroekonomi tetap stabil,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby