Salah seorang calon pimpinan KPK Brigjen Pol Basaria Panjaitan menjawab sejumlah pertanyaan dari anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel KPK) pada sesi wawancara di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (24/8). Pansel KPK menggelar seleksi wawancara tahap akhir terhadap 19 calon pimpinan KPK yang akan berlangsung selama tiga hari hingga Rabu (26/8). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/pd/15.

Semarang, Aktual.com – Komisi Pemberantasan Korupsi merekrut wanita asal Semarang guna pelatihan pencegahan aksi tindak pidana korupsi. Pelatihan itu berlangsung di Hotel Santika Jalan Pahlawan, Kamis (6/10).

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengatakan, pelatihan itu untuk melakukan pemberantasan praktek suap dan menyuap yang ada di tengah masyatakat. Oleh karena itulah, KPK ingin merangkul semua perempuan yang ada di penjuru kota Semarang untuk mencegah korupsi di semua lini kehidupan.

“Saya inginkan seluruh perempuan di Indonesia jadi agen perubahan paling tidak bagi dirinya sendiri. Mereka harus mampu memberikan pemahaman dengan pergi ke daerah-daerah, sekolah dan tempat lingkungan lainnya untuk berani bicara soal gerakan anti korupsi,” kata Basaria di depan awak media.

Tak hanya di Semarang saja, katanya, dia juga bakal menggaet semua perempuan di sejumlah daerah untuk menjadi agen anti korupsi.

Dengan begitu perempuan tidak hanya berperan sebagai istri dan ibu, melainkan mampu menginspirasi keluarganya sekaligus memberi pengaruh positif bagi warga setempat.

“Melalui pelatihan bertajuk ‘Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK), kita ingin meningkatkan kesadaran bagi mereka bagaimana terlibat aktif untuk mencegah praktek kecurangan yang muncul di tengah masyarakat.”

Bila nilai-nilai anti korupsi ditanamkan tiap hari, maka dirinya sedikit demi sedikit praktek suap dan kecurangan lainnya dapat dikikis. “Kita dibantu peran media selalu mendapat ide dan masukan untuk mengembangkan tiap kasus tindak pidana korupsi.”

Lembaga antirasuah itu juga mencatat bahwa sejak gerakan SPAK diluncurkan pada 22 April 2014, kini telah melahirkan hampir 1.000 agen anti korupsi di 34 provinsi dari berbagai profesi mulai ibu rumah tangga, birokrat dosen guru hingga tokoh agama.

Namun, hingga Oktober 2016 gerakan tersebut telah menjangkau sejauh 800 ribu perempuan, laki-laki dan anak-anak. “Dan ternyata mereka bisa mencegah 400 pasangan miskin dari aksi pungli dan masih banyak perempuan yang mulai kritis menanyakan asal-usul uang yang didapatkan oleh suaminya. Mereka juga tak lagi pakai fasilitas dinas untuk kepentingan pribadi,” ujar dia.

Laporan: Muhammad Dasuki

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu