Pengamat Energi Yusri Usman, menjadi pembicara pada acara diskusi "Carut Marut Tata Kelola Migas dan Sumber Daya Mineral di Indonesia" di Warung Komodo, Jakarta, Sabtu (23/1/2016). Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) disinyalir kembali akan memberikan izin rekomendasi perpanjangan ekspor konsentrat kepada PT Freeport Indonesia.

Jakarta, Aktual.com – Adanya selisih harga penjualan BBM yang berkualitas sejenis yakni Premium Ron 88 milik Pertamina dengan Renvo Ron 89 milik Vivo, menjadi hal yang mencurigakan.

Bagaimana tidak, dengan Research Octane Number (Ron) yang sedikit lebih baik dari Premium, Vivo mampu menjual Rp 6100 per liter, sedangkan Pertamina menjual Ron 88 seharga Rp 6550.

Karena itu, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia ( CERI), Yusri Usman meminta Pertamina agar berani transparan atas proses pembelian minyak mentah dan BBM. Dia merasa heran, Vivo yang dulunya sebagai pemasok minyak mentah bagi Pertamina, ternyata saat menjual eceran mampu lebih murah dari harga eceran milik Pertamina.

“Vivo itu anak usaha Vitol adalah perusahaan trading minyak dan sudah memiliki fasilitas blending dan kilang pengolahaan dibeberapa negara , dan ternyata merupakan rekanan pengadaan minyak Pertamina sejak lama di Petral sampai saat ini di ISC Pertamina,” kata Yusri secara tertulis, Jumat (3/11).

Yusri menceritakan, diawal Pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla pada tahun 2015, tujuan penutupan Petral pada karena dianggap tidak efisien hingga direkomendasikan ISC Pertamina agar berhubungan langsung dengan negara produsen dan pemilik kilang, namun faktanya trader masih mendominasi pengadaan minyak mentah dan BBM,

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Andy Abdul Hamid