Jakarta, Aktual.com – Ratu Máxima dari Kerajaan Belanda mempromosikan konsep kesehatan keuangan dalam kapasitasnya sebagai Advokat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Finansial (UNSGSA). Dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka pada Kamis (27/11), keduanya sepakat memperluas kerja sama strategis di bidang tersebut.
Dalam kunjungan kerjanya, Ratu Máxima menekankan pentingnya memprioritaskan kesejahteraan keuangan masyarakat, bukan hanya sekadar memastikan akses terhadap layanan keuangan.
“Memiliki rekening saja tidak otomatis membuat seseorang hidup lebih baik. Karena itu, kita perlu fokus pada kesejahteraan keuangan,” ujarnya dalam National Financial Health Event di Gedung Dhanapala Kemenkeu, Jakarta.
Ia menegaskan bahwa kesehatan keuangan merupakan isu global, bukan hanya persoalan Indonesia.
“Kita masih membutuhkan metode pengukuran yang lebih baik… kami telah memutuskan untuk bekerja sama dalam hal ini,” jelas Ratu Máxima.
Ratu Máxima memaparkan empat pilar utama yang membentuk fondasi kesehatan keuangan ideal. Pilar pertama adalah akses terhadap layanan keuangan yang inklusif seperti tabungan, pinjaman, dan sistem pembayaran yang menjangkau seluruh kelompok masyarakat, termasuk perempuan, pelajar, dan penyandang disabilitas.
Pilar kedua adalah kemampuan individu atau rumah tangga untuk bertahan dari guncangan keuangan tak terduga seperti sakit atau kehilangan pekerjaan. Ia menekankan pentingnya dana darurat dan perlindungan asuransi agar masyarakat tidak jatuh ke dalam krisis ketika menghadapi musibah.
Pilar ketiga yang ia soroti adalah pentingnya perencanaan jangka panjang, terutama untuk masa pascaproduktif seperti pensiun. Menurut Ratu Máxima, masyarakat perlu dibekali produk dan edukasi keuangan agar mampu mempersiapkan masa depan secara stabil dan terencana.
Pilar keempat adalah membangun kepercayaan diri masyarakat dalam mengambil keputusan finansial.
“Edukasi harus mencakup kemampuan menghadapi produk keuangan ilegal, penipuan, dan penawaran yang menyesatkan agar masyarakat tidak mudah dirugikan.”
Ia menambahkan, regulator keuangan Indonesia perlu mengarahkan edukasi publik tidak hanya pada pemahaman produk, tetapi pada manfaat nyata bagi kesejahteraan finansial.
“Mindset-nya tidak hanya fokus pada produk-produk keuangan, tetapi bagaimana produk tersebut dapat membantu kehidupan mereka,” tegasnya.
(Nur Aida Nasution)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka Permadhi

















