Karyawan memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9/2018). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Indonesia punya sejarah pahit mengenai krisis moneter, yaitu yang terjadi 20 tahun silam, tepatnya pada 1998. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia akan semaksimal mungkin menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari ancaman depresiasi yang secara luas (broadbased) melanda seluruh negara berkembang.

Kewaspadaan ditingkatkan, meskipun di pasar spot, Kamis, hngga pukul 12.00 WIB, rupiah masih menunjukkan tren penguatan.

Pada Kamis (6/9), pukul 12.00 WIB, kurs rupiah berada pada level Rp14.890 per dolar AS, setelah dibuka pada perdagangan Kamis pagi sebesar Rp14.880 per dolar AS.

“Bank Indonesia akan tetap konsisten dan sekuat tenaga melindungi rupiah dari pelemahan yang cepat dan tajam,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah dipatok 14.891 per dolar AS, menguat jika dibanding dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.927 per dolar AS.

Selain itu, otoritas moneter berjanji akan menstabilisasi di pasar valas untuk memastikan ketersediaan valas mencukupi.

“BI akan terus memastikan pergerakan likuiditas dan efisiensi di pasar valuta asing Indonesia tetap terjaga,” katanya.

Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Bank Sentral terhitung sejak Kamis (30/8) hingga Selasa (4/9) sudah mengucurkan Rp11,9 triliun untuk masuk ke pasar sekunder dan membeli SBN yang dilepas investor asing.

Bank Sentral juga mengapresiasi langkah yang tengah ditempuh Pemerintah dalam mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan. Pada Rabu (5/9), pemerintah mengumumkan akan menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) impor terhadap 1.147 komoditas untuk mengurangi laju impor dan memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan.

BI memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan tahun ini di 2,5% Produk Domestik Bruto (PDB), kemudian akan membaik pada tahun depan menjadi dua persen PDB.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan